Sabtu, 25 Agustus 2012

LIFE IS CHOICE


Cerita ini adalah karya ATM (Amati Tiru Modifikasi) saya, dari kisah nyata, dalam mimpi saya, dan dengan sedikit perubahan.. semoga dapet something setelah membaca kisah ini, selamat membaca :)

Tanganku tak pernah berhenti bersajak
Hatiku tak pernah berhenti berharap
Dan hayalku tak pernah berhenti tuk bermimpi

Akankah semua itu akan kau hancurkan begitu saja?
Setelah sekian lama kau hiasi hati ini dengan warna-warni cinta dan kasihmu?

***

Berita itu begitu cepat merambat di udara yang kini membuat telingaku sakit mendengarnya. Sungguh, aku tak tahan lagi dengan semua ini, semua orang membicarakannya, semua orang telah menyadari jika aku dan ‘dia’ sudah tak bersama lagi, bahkan.. mungkin ada segelintir orang yang menertawakanku karena dia yang kucinta telah bahagia bersama gadis lain.
Ku rasa memang terlalu cepat jika ‘dia’  telah menemukan sosok gadis yang bisa membuatnya terkagum-kagum seperti itu, bahkan dalam waktu kurang dari satu bulan ‘dia’ sudah dapat menyayangi gadis itu dan melupakan kenangan dan rasa sayangnya padaku yang telah lama terjalin selama kurang lebih satu tahun. Lama bukan? Tapi mengapa begitu cepat ‘dia’ berpaling dariku? Terkadang aku bertanya dengan bodohnya, -Apakah sebagian besar laki-laki seperti itu? dapat dengan mudah berpaling dari orang yang bahkan dulu sangat ia sayang?- sungguh tak mudah di mengerti oleh akal sehat sekalipun. Oke biarkan saja pertanyaan itu berlalu dan berlarut-larut dalam tanda tanya besar dan akan tetap menjadi sesuatu yang tak mudah untuk dimengerti.
***
Lembayung yang tergores kelam
Membuatku menjelajah anganku yang pilu


Langit senja saat ini terlihat sangat pucat dengan bersembunyinya sang mentari di balik awan-awan hitam pekat itu, tapi itu tak menyurutkan niatku untuk pergi ke taman yang tak jauh dari rumahku.. taman itu memang tak indah namun selalu menemani kesendirianku sejak aku masih belia.

Aku Carrysa Dellia Putri, gadis yang masih labil dalam urusan percintaan, bahkan mungkin sangat bodoh, well usiaku 18 tahun, aku tak mempunyai kakak, but aku mempunyai adik perempuan yang bernama Camelia, usia kami hanya berpaut 2 tahun. Perawakanku, biasa saja, tak tinggi, tak pendek, tak gendut dan tak langsing pula, banyak orang-orang yang berkata aku cantik, tapi aku tak peduli, kenapa? Cantik itu relative, semua orang bisa cantik, tapi kecantikan dari hati tak kan ternilaikan oleh apapun dan tak akan muncul begitu saja tanpa usaha.
“ Hey Caris.. “ beberapa orang yang mengenaliku dengan hangat menyapaku ramah dan aku menyambut sapaan mereka dengan seulas senyum yang mengembang di pipiku. Di sini memang tak sepi, tapi aku seperti merasa sendiri, bagaimana tidak? Aku kan hanya duduk sendiri di bawah pohon yang sudah tak rindang lagi, dulu pohon ini memang sangat rindang, rasanya duduk di bawah pohon itu memberikan ketenangan tersendiri bagi yang merasakannya seperti aku, lain halnya dengan sekarang, begitu banyak orang yang tak memperhatikan sekitarnya padahal mereka bisa mendapatkan manfaat dari hal yang bahkan tak mereka ketahui sekalipun. Bahkan sekarang sudah banyak orang-orang yang mengincar tanah ini untuk sekedar di buat perumahan, tapi entah apa yang akan terjadi dengan taman ini beberapa tahun kedepan. Well? Kita kembali ke benang merah :D
Aku melihat ada tukang ice cream di pojok taman ini, “ Sepertinya ice cream itu enak “ ucapku pelan, ku rogoh saku rok selututku.. ternyata tidak ada uang, ku buka tas kecil berwarna biruku, ku cari-cari uangku, tapi sesuatu jatuh dari dalam tasku.
Aku terdiam sejenak saat menyadari apa yang terjatuh dari dalam tas kecilku. Benda itu adalah kalung yang bandulnya adalah hello kitty, pemberiannya.
Aku terhanyut dalam diam seketika kembali mengulang kembali kisah cinta dalam benakku yang begitu indah tapi meninggalkan bekas yang  menyakitkan. Semua yang pernah ‘dia’ lakukan masih terbingkai manis dalam memori otakku, bahkan hal yang pernah membuatku sakit sekalipun.
 -Tuhan.. ku mohon jangan biarkan aku menangis lagi- aku terkulai lemas dan jatuh begitu saja di atas rerumputan yang semakin mengering. Kakiku bahkan sudah tak mampu menopang tubuhku untuk sekedar bangun dari tempat ini.
Kini..
aku bagai sebuah peri tanpa serbuk ajaib
aku bagai rerumputan tanpa tanaman..
semua gersang..
semua hilang..
aku kehilanganmu..
kau jauh..
sangat jauh..

ingatkah kau?
Saat kita tertawa bersama?
Bercanda bersama?
Ingatkah kau?
Saat kau peluk mesra tubuhku?
Dan saat kau cium pipiku?
Dan apakah kau masih ingat?
Cara bagimana dirimu menyayangiku dan mencintaiku?

Aku rindu dirimu
Dirimu yang dulu masih memanjakanku
Dirimu yang dulu masih menenangkan hatiku
dirimu yang dulu selalu ada di sampingku

Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan sekarang?
Aku mohon..
Izinkan aku tuk selalu mengukir indah senyum di bibirmu
Izinkan aku tuk selalu mengukir namaku di hatimu

Titik demi titik air jatuh begitu saja membasahi tubuhku, hujan, ya hujan, langit semakin gelap bukan karena malam, tapi karena awan hitam yang semakin banyak di atas sana.
“ Sayang kamu lagi lihat hujan ga? “ ucapnya melalui pesan singkat beberapa bulan yang lalu, saat kami masih bersama
“ Hmm engga, memang kenapa? “ tanyaku
“ Kalau kamu lagi lihat, kamu pasti bisa ngerasain kalau rasa rindu aku tuh sebanyak rintikan hujan itu “
-Sekarang aku melihat hujan itu, bahkan aku merasakan setiap titik yang jatuh dari hujan itu, tapi mengapa aku tak bisa merasakan rasa rindumu itu? mengapa?- teriakku dalam hati dan berjuta tanya dari dalam hatiku, tapi tak kunjung ada jawaban.
Akhirnya bulir air mata itu merekah dan menggelayut di pelupuk mataku, kemudian mengalir membuat parit di pipi dan berhenti di dagu kemudian jatuh dengan sangat pelahan dan menyatu bersama titik-titik hujan lainnya. Ingin sekali aku mengoyak isi pikiranku kemudian membuanganya agar aku tak mengingat kenangan-kenangan itu lagi, namun itu hanya sia-sia karena memang tak bisa.
***
“ Kaka belum tidur? “ tanya adikku, mungkin karena dia heran melihatku yang tengah malam masih berada di depan laptopku “ Lagi ngerjain apa sih ka? “ lanjutnya
“ Belum, hmm.. “ ah susah sekali mengatakannya, aku beri tahu atau tidak ya?
Meli mengintip layar laptopku, “ Aha! aku tahu, kaka bikin movie maker kan? Buat ka Tio? “
“ Ah sudahlah.. cepat sana tidur, nanti kaka nyusul “ ucapku sedikit geram karena projectku sudah diketahui olehnya.
“ Cieee.. yang mau FAILED SATU TAHUNAN “ ucapnya dengan suara di naikkan satu oktaf dan di tekankan di kalimat terakhirnya. Aku semakin geram, tapi aku sedang tidak mau marah jadi aku diam saja.
Sebenarnya aku tak hanya membuat movie maker tapi aku akan memberikan gulungan surat juga padanya, hanya sekedar puisi di dalam surat itu.
Ku rasakan denting jam dindingku sudah semakin terdengar menyeruak membahana di kamarku, begitu terasa di telingaku, aish bodoh, bukan semakin terdengar tapi karena memang sudah malam dan sepi sehingga denting jam merambat bersama angin dalam keheningan yang hanya membuat suaranya bisa di dengar hanya dalam sepi. #wees
Ku sudahi membuat project itu, rasanya mataku sudah lelah memandangi layar laptopku karena memang sudah jam satu pagi. Tapi aku masih belum bisa tidur, dengan langkah gontai aku kembali terduduk di meja belajarku dan membuka buku yang berisi sekumpulan puisi-puisi yang ku buat asli dari jemari tanganku. Entah apa yang membuatku mengambil pena dan menuliskan sebait puisi di lembar baru buku itu.

Malam-malamku..
Kini sudah jelas kelam
Dan rasa letihpun selalu mendera hatiku
Tapi lembutnya dingin angin malam
Mengingatkanku pada lembutnya sentuhan tanganmu
Yang selalu membawa khayalanku kian pasti
Untuk selalu menggantungkan mimpi dan impianku

Terasa guratan senyum getir menghiasi wajahku yang semakin pucat ini setelah membuka lembar demi lembar puisi ke halaman lebih depan, sesak sekali rasanya saat teringat kembali masa itu.
Aku menutup mataku, berusaha menahan bulir air mata itu agar tak terlalu banyak terjatuh.
Tapi menutup mataku malah membuat diriku mengulas kembali masa-masa itu. Teringat sekali saat dia membelai lembut pipiku dengan jemari tangannya, teringat saat kami pergi nonton berdua, teringat saat kami jalan berdua di tengah hujan, teringat saat dia mencium pipi dan keningku, teringat saat dia mendekap tubuhku, teringat saat tanganku dan tangannya berpautan, teringat saat dia tertawa dan tersenyum karenaku, senyum yang paling indah yang pernah aku temui, sangat damai rasanya saat itu, melihat orang yang ku cintai bahagia bersama ku, namun kini semuanya lenyap, semua hilang seperti angin topan yang berlalu begitu saja saat sudah menghancurkan semuanya. SAKIT, NYESEK, PERIH, itu yang ku rasakan saat ini.
***
Tak kusadari ternyata tadi malam aku tertidur karena mataku terlalu lelah mengeluarkan air mata, dan pagi ini mataku sangat sukses atas kesembabannya dengan guratan kantung hitam di bawah mata ini HAHA, tawaku membahana di kamarku sendiri.
Sahabat-sahabatku bilang aku harus memberikan movie maker dan surat itu secara langsung, tapi apakah aku bisa? Aku terlalu takut dan malu untuk melakukan itu, bahkan melihat wajahnya saja sudah membuat jantungku berdegup kencang.
Tapi hari ini aku akan benar-benar memberikan itu padanya.
“ Ka, kau yakin akan memberikannya sekarang? Lihatlah kondisimu, badanmu terlihat tak sehat, wajahmu juga pucat “ ucap adikku yang begitu menghawatirkanku, aku memang menyadari bahwa badanku memang lelah sekali, tapi aku yakin aku bisa, aku harus memberikan ini, sekarang, hari ini juga. Itu tekadku, walaupun aku juga takut.. tapi aku akan berusaha.
Aku menunggunya di dekat taman dekat rumahnya, dari jauh sosok itu sudah terlihat di sudut mataku, dia semakin mendekat sehingga membuat jatungku berdesir hebat.
“ Ada apa? “ tanya sosok itu yang sekarang bukan siapa siapaku lagi, sekarang hanya sebatas kaka dan adik.
“ Cuma mau ngasihin ini ke kaka ko :) “ ucapku dengan senyum yang mengembang di pipiku sambil memberikan something itu.
“ Oh.. makasih yah :), ada yang mau di sampein lagi? “
“ Hmm engga ka, kaka mau ngomong sesuatu? “ tanyaku ragu dengan senyuman yang getir
“ Hmm.. failed anniversary satu tahun yah, maaf aku ga bisa nepatin janji aku buat bersama kamu sampe satu tahun, jangan nangisin aku lagi, di luar sana masih banyak cowo yang lebih baik dari aku “ ucapnya sambil mengusap kepalaku dan mendekatkan tubuhku agar lebih dekat dengannya, itu hal yang dulu sering dia lakukan saat kami masih bersama, rasanya senang sekali saat dia melakukan hal itu, tapi aku juga sedih akan kata-kata yang dia ucapkan tadi, aku hanya bisa diam terpaku, aku tak mampu melihat wajahnya, wajahku menunduk, ingin sekali aku menangis, tapi tidak! aku harus menahannya.

Getaran nafasku yang tak kuat lagi menahan perihku
Aku hanya bisa diam membisu
Tanpa satu kata apapun yang menghiasi lisan ini

Setelah lama terdiam aku mengatakan satu kalimat “ Tapi ga semudah itu ka “
“ Mungkin ini yang terbaik “
Begitu mudahnya kalimat yang terucap dari mulutnya, dia tak bisa merasakan apa yang ku rasa, tak bisa!!
Akhirnya setelah basa-basi antara aku dan dia, aku beranjak pulang, rasanya kaki ku berat sekali, seperti tak bisa melangkah. Saat menyebrang jalan, kepalaku pening, dan tiba-tiba badanku seperti melayang, lebih tepatnya terpental entah kemana karna sentuhan sebuah benda, setelah itu, kurasakan semuanya gelap.
***
Hari ini aku merasakan diriku cantik sekali, dengan gaun putih selutut yang ku kenakan dan dengan rambut panjang yang terurai bebas, wajahku seperti berseri-seri, rasanya aku senang sekali. Sebenarnya apa yang sedang terjadi padaku? aku berada di tempat yang bahkan aku tak ketahui dimana, semuanya terlihat sangat indah..
Aku duduk di atas ayunan, mengayunkan kaki ku dengan bebasnya, ini mengasyikan, aku senang, tapi mengapa seperti ini? aku merasakan ada hal yang aneh.
Ku sapu tempat indah ini dengan kedua bola mataku, sepi.. itu yang kurasakan, tapi di sudut pojok sana aku melihat dua orang yang sangat ku kenali, ku langkahkan kakiku perlahan mendekati dua orang itu.. tapi semakin dekat kakiku lemas, terasa sakit sekali, akhirnya aku terhuyung jatuh ke tanah.. tapi di sini aku bisa melihat dengan jelas kedua orang itu..
Kesenangan yang ku rasakan tadi hanyalah sesaat, kini aku melihat Tio dan gadis itu sedang duduk berdua dengan begitu mesranya, tangan mereka berpautan, mereka terlihat bahagia sekali..

Tio kau begitu tega meninggalkanku
Kau begitu tega membiarkanku dalam kesendirian tanpamu
Kau tega bersama yang lain di depanku Yo..
Kau tega mengumbar kebahagianmu bersama orang lain di hadapanku..
Dimana hati dan perasaanmu Yo?
Tidakkah kau melihatku di sini?
Menahan diriku sendiri untuk bertahan dalam kesedihan tiada akhir seperti ini?
Aku sakit Yo..
Aku rapuh..
Di depanmu aku memang terlihat tegar..
Tapi di sini, di belakangmu aku sangat rapuh Yo..
Aku sudah seperti debu yang dengan mudahnya terbawa angin
Tio, kumohon mengertilah..
Dengarkan setiap kata hatiku Yo..
Aku disini Yo..
Menunggumu dengan separuh hatiku yang masih terbawa olehmu
Menunggumu dengan seulas senyum penuh harapan
Menunggumu untuk selalu menemani setiap hembusan nafasku Yo..
Tio kembalilah.. ku mohon :’(

Tuhan apa yang kau lakukan padaku?
Mengapa aku harus melihat ini?
Melihat orang yang ku cintai tertawa bahagia bersama orang lain
Apa maksudmu dengan semua ini?
Tuhan aku tak tahan,
ini begitu menyakitkan
Tuhan..
apa ini yang terbaik menurutmu?
Tapi jika memang ini yang terbaik mengapa aku tak bisa merelakannya?
Mengapa aku selalu meneteskan air mata saat mengingatnya?
Mengapa tuhan?

Tuhan..
Ku mohon, aku ingin tersenyum dan tertawa seceria dulu seperti saat bersamanya..
Aku tak ingin seperti ini..

-Tuhan, aku mencintainya.. sangat..-
***
-Tuhan, aku mencintainya.. sangat..-
 “ Ka.. lihat, ka Caris mengigau dan tersenyum tapi mengapa menitikan air mata? “
-terdengar olehku suara yang sangat ku kenali. Meli, pasti Meli adikku, tapi mengapa tangan yang menggenggam tanganku besar dan sedikit kasar? Siapa yang menggenggam tanganku? Ayahku? Ibuku? Tapi tak mungkin, mereka sedang ada di luar kota. Tuhan? Tolong bukakan mataku, agar aku bisa melihat siapa yang berada dalam ruangan ini.-
-Air apa yang menetes di tanganku? Siapa yang menangis? Ku mohon siapa saja yang berada di sampingku janganlah menangis. Tuhan bantu aku membuka mataku, ku mohon.-
-Apa mungkin disini ada Tio? Tio.. jika memang kau berada di sini, ku mohon bicaralah, agar aku bisa mendengar suaramu, aku merindukanmu Yo.. tapi mengapa tangan itu melepaskan tanganku begitu saja? Kemana dia?-
Ku buka mataku perlahan, silau, lampu ruangan ini menyilaukan penglihatanku.
“ Mel.. “ panggilku lirih
“ Ka, kaka sudah sadar? Syukurlah aku senang melihat kaka sadar “ ucapnya riang
Ku sapu ruangan ini dengan mata yang nanar, tak ada siapapun. Lalu siapa yang tadi menggenggam tanganku? Apa hanya mimpi?
“ Kau hanya sendiri Mel? Tak ada siapapun lagi? “ tanyaku
“ Tak ada siapa-siapa ka, tadi yang membawa kaka ke sini ka Tio ka, tapi dia langsung pulang “ jelasnya
“ Hmm.. “ gumamku, aku hendak bangun, aku ingin keluar, rasanya pengap sekali berada di ruangan yang bau obat-obatan seperti ini, tapi mengapa kakiku sakit? Ku buka selimut yang menutupi tubuhku. Ya Tuhan! Kakiku? Mengapa kakiku di gips? Apa yang terjadi? Separah inikah kondisiku? Separah apakah kecelakaan itu hingga membuat kakiku seperti ini?
Perlahan cairan dari retina mataku meleleh, tetes demi tetes keluar dengan bebasnya, aku mengusap air mataku sendiri, berusaha kuat dengan apa yang terjadi, tapi mengapa cairan itu terus keluar?
“ Maafkan Meli ka, kaki kaka patah dan kata dokter tulang kaki kiri kaka mengalami patah yang cukup parah, jadi untuk beberapa bulan kedepan kaka harus menjalani perawatan, maafkan Meli, Meli tak bisa berbuat apa-apa untuk kaka “ ucap adikku lirih, wajahnya menunduk, aku yakin dia pasti menangis.
“ Mel kaka tidak apa-apa, kaka baik-baik saja Mel, kau tak perlu menangis seperti itu, aku tak suka melihat mu menangis, cepat hapus air matamu! “ seruku
***
Hari ini aku sudah kembali ke rumah, meski dengan kursi roda yang harus menopang tubuhku, saat di rumah sakit, setiap hari aku selalu melihat mawar di vas bunga dekat tempat tidurku, setiap hari juga warna mawarnya selalu berbeda, kadang merah, putih atau bahkan biru. Saat hari terakhir, aku sengaja bangun lebih pagi dari biasanya karena aku penasaran siapa yang mengganti mawar-mawar itu.
Flashback
Ku dengar pintu ruang rawatku terbuka, ku buka sedikit pelupuk mataku, berusaha untuk melihat siapa yang datang. Ku tutup kembali mataku setelah aku tahu siapa yang datang, kali ini dia membawakan mawar biru, mawar yang sangat ku suka, ku dengar langkah kakinya semakin mendekat ke arahku.
Kursi yang berada di sampingku sepertinya diduduki olehnya, dan seketika dia memegang tanganku, mengusapnya lembut, dan berkali kali menciumnya lembut.
“ Caris maafkan aku yang telah membuatmu seperti ini, jika aku tahu kau akan seperti ini aku akan mengatarmu menyebrang, maafkan aku.. Caris, aku akan meninggalkan dia, untukmu, aku ingin menebus kesalahanku, aku tak mau membuatmu semakin terluka karena aku, aku akan berusaha mencintaimu lagi Caris “ jelas Tio, sosok itu, aku yakin Tio menangis karna suaranya terdengar tertahan, nafasnya pun memburu, dan tanganku pun basah karena cairan air matanya.
Tio mengusap pangkal kepalaku, dan kurasakan ada sesuatu yang menyentuh keningku, terasa lembab, dia menciumku, aku tahu itu. “ Caris maafkan aku.. semoga kau suka mawarnya, aku pulang Car “ ucapnya berlalu
Titik-titik air matakupun jatuh seketika saat melihatnya sudah berlalu dari hadapanku.
Flashback Off
***
Ku langkahkan kakiku perlahan dengan menggunakan sebuah kayu penyangga tubuhku di sisi kiri menyusuri pantai, aku sengaja ke pantai dekat rumah nenekku, aku berdiri mesti tak setegak dahulu, mataku memandang jauh kedepan dengan tatapan kosong dan datar, berusaha merasakan hembusan angin pantai yang bercampur bersama polusi, aku tahu jauh di belakangku ada mata yang sedari tadi memandangiku, dan sekarang mata itu mendekat.
“ Untuk apa kau sesini? “ tanyaku sinis, aku tahu mata Tio yang sedari tadi memandangku, aku masih bisa merasakan setiap kehadirannya.
“ Aku minta maaf atas kejadian beberapa hari silam, aku berada di sini karena aku akan kembali menemani setiap hembusan nafasmu, aku masih mencintaimu Car “ jelasnya
Tatapanku masih lurus kedepan, aku tak mau menoleh ke arahnya, aku takut aku menangis lagi.
“ Kembali padaku? Mencintaiku? Apa aku tak salah mendengar? Kurasa memang aku mendengarnya dari mulutmu, tapi aku tak mendengar itu dari hatimu. Lalu untuk apa semua itu? kau kasihan dengan keadaanku? Maaf, aku tak perlu di kasihani olehmu “ ucapku sedikit kasar, sejujurnya nafasku sesak, tenggorokanku sakit menahan rasa sesak itu, menahan air mata itu keluar, sakit.
 “ Aku memang mencintaimu ka, tapi aku tahu diri, kau tak mencintaiku lagi, kau mencintai orang lain, aku juga memang menginginkan kau kembali padaku ka, tapi aku sadar aku tak menginginkan itu jika alasanmu kembali padaku karena atas dasar kasihan padaku “ lanjutku menjelaskan
“ Ku mohon jangan berbicara seperti itu “ ucapnya dengan nada memohon dan berlutut di hadapanku, menggenggam tanganku meski dari tadi aku sudah berusaha melepaskannya, tapi genggamannya semakin kuat dan tenagaku kalah untuk melepaskan tangannya.
Aku tak kuasa menahan rasa ini, nafasku tersenggal-senggal, jantungku berdesir hebat.. aku tak tahan melihatnya seperti itu di hadapanku, aku tertunduk penuh haru, akhirnya aku mengeluarkan bulir air mata yang masih hangat, dan bersatu dengan percikan air pantai karena terhalang oleh batu besar yang sedang ku pijak, jatuh dan jatuh lagi air itu dari pelupuk mataku
“ Caris, aku tak ingin kau terluka karena aku lagi, aku akan kembali, kembali mencintaimu, percayalah.. aku hanya ingin buatmu bahagia “ jelasnya penuh isak tangis
“ Jangan menangis di depanku ka, percuma, aku tak akan bahagia jika kau kembali padaku, kau justru akan semakin menyiksaku dan dirimu sendiri, kau akan semakin membuatku lebih terluka karena cintamu tak tulus, cintamu hanya karna belas kasihan, percuma, semuanya semu. “
“ Aku hanya minta satu hal dari kaka “ lanjutku
“ Apa itu? aku akan melakukannya untukmu “ tanya Tio
“ Lihatlah ke belakang sana ka, lihat gadis itu, dia menunggumu ka, aku tidak mungkin merenggut kebahagiaannya, aku tak mungkin tega memisahkanmu dengan gadis itu, ku mohon kembalilah padanya, kembali ke sisinya, jangan pernah hiraukan aku lagi, jangan pernah kembali ke sini meski aku memaksamu, dia lebih membutuhkan kasih sayang kaka, dia lebih pantas untukmu ka, kembalilah “ ucapku memohon dengan suara yang bergetar dan sedikit tertahan karena berusaha menahan air mata agar tak jatuh lebih banyak lagi, tapi aku tetap tersenyum meski hatiku sakit harus merelakannya pergi bersama orang lain.
“ Ka.. “ panggilku saat dia hendak melangkahkan kakinya, aku langsung memeluknya, cukup lama dan berjuta rasa yang kusakan saat itu, aku tersenyum padanya, “ Pergilah, buat gadis itu bahagia “
Akhirnya Tio pergi kembali pada gadis itu, dia sempat berterimakasih padaku dan aku hanya membalas dengan seulas senyuman, saat Tio membalikkan badan, aku berkata sangat pelan dan dengan suara yang lirih –Aku mencintaimu Ka :’) -
Seketika pertahananku runtuh, aku terjatuh terkulai lemas saat Tio dan gadis itu pergi berlalu dengan senyum dan tawa yang mengembang di pipi mereka, hatiku hancur, dan tak peduli dengan rasa sakit kakiku yang jatuh terhempas membentur batu besar tempatku berpijak.
“ Aku rela melihatmu bahagia bersama dia yang kau cinta :) meski hatiku sakit melihat kebenaran itu, tapi aku senang bisa mengorbankan perasaanku demi kebahagiaan gadis itu, aku tak akan sanggup jika nanti aku bahagia bersamamu, tapi harus melihat gadis itu bersedih, karena aku tahu dan bisa merasakan jika seandainya aku ada di posisi gadis itu. “
Bayangan-bayangan itu kembali berkelebat dalam pelupuk mataku.. semua kata-kata yang pernah kau tuturkan padaku kembali terbayang dalam benakku.
-Aku sayang kamu selalu, sampai kapanpun aku akan berusaha mewujudkan impianku dan kamu, I love you-
-Kamu itu bagian hidup aku, kamu belahan jiwa aku, makanya aku ga mau kehilangan kamu-
-Sulit buat ngelepasin kamu, walau di luar sana emang banyak yang lebih baik dari kamu, tapi di hatiku kamu udah jadi yang terbaik-
“ MENGAPA? MENGAPA SEMUA INI HARUS TERJADI PADAKU…? “ teriakku berusaha mengeluarkan kesakitan yang ku alami selama ini, “ Aku.. aku mencintainya, sangat :’) “ desisku pelan seraya memeluk tubuhku sendiri.

aku diam bukan berarti melupakanmu
aku diam bukan berarti tak mencintaimu lagi
aku diam bukan berarti aku menyerah
tapi aku diam karna tak ingin..
mengganggu kebahagianmu bersamanya :')
meski hatiku terluka melihatmu bahagia..
bersama yang lain :'(

Diary of CARRYSA DELLIA PUTRI
jangan pernah membuat diri orang yang kau cintai menjadi segalanya, karna saat kau kehilangan dia kau tak akan punya apa-apa lagi. Relakan dia yang kau cinta untuk bersama orang lain, jangan pernah egois dengan selalu mempertahankan dia yang memang sudah tak cinta, karna itu akan lebih menyakitkan. LIFE IS CHOICE, pilih yang terbaik untuk hidupmu dan pedulikan orang-orang yang ada di sekitarmu meski pilihanmu itu menyakitkan tapi setidaknya kau telah membuat hidup seseorang lebih indah. Ingat, Tuhan selalu punya rahasia untuk hidupmu. Keep smile :)
MESKI KAU TAK ADA DALAM HIDUPKU, TAPI KAU AKAN SELALU HIDUP DI HATIKU :’)



THE END
#maaf jika ceritanya jelek, maklum hanya penulis amatiran :D

2 komentar:

Purnama -NPL-

Terbaring di atas pasir Menatap langit bertaburkan bintang di temani bulan Terpejam meresapi suara ombak saling bersahutan Malam ini ...