Cerita
ini adalah karya ATM (Amati Tiru Modifikasi) saya, dari kisah nyata, dalam
mimpi saya, dan dengan sedikit perubahan.. semoga dapet something setelah
membaca kisah ini, selamat membaca :)
Tanganku
tak pernah berhenti bersajak
Hatiku
tak pernah berhenti berharap
Dan
hayalku tak pernah berhenti tuk bermimpi
Akankah
semua itu akan kau hancurkan begitu saja?
Setelah
sekian lama kau hiasi hati ini dengan warna-warni cinta dan kasihmu?
***
Berita
itu begitu cepat merambat di udara yang kini membuat telingaku sakit
mendengarnya. Sungguh, aku tak tahan lagi dengan semua ini, semua orang
membicarakannya, semua orang telah menyadari jika aku dan ‘dia’ sudah tak bersama lagi, bahkan.. mungkin ada segelintir orang
yang menertawakanku karena dia yang kucinta telah bahagia bersama gadis lain.
Ku
rasa memang terlalu cepat jika ‘dia’ telah menemukan sosok gadis yang bisa
membuatnya terkagum-kagum seperti itu, bahkan dalam waktu kurang dari satu
bulan ‘dia’ sudah dapat menyayangi
gadis itu dan melupakan kenangan dan rasa sayangnya padaku yang telah lama
terjalin selama kurang lebih satu tahun. Lama bukan? Tapi mengapa begitu cepat ‘dia’ berpaling dariku? Terkadang aku
bertanya dengan bodohnya, -Apakah sebagian besar laki-laki seperti
itu? dapat dengan mudah berpaling dari orang yang bahkan dulu sangat ia
sayang?- sungguh tak mudah di
mengerti oleh akal sehat sekalipun. Oke biarkan saja pertanyaan itu berlalu dan
berlarut-larut dalam tanda tanya besar dan akan tetap menjadi sesuatu yang tak
mudah untuk dimengerti.
***
Lembayung
yang tergores kelam
Membuatku
menjelajah anganku yang pilu
Langit
senja saat ini terlihat sangat pucat dengan bersembunyinya sang mentari di
balik awan-awan hitam pekat itu, tapi itu tak menyurutkan niatku untuk pergi ke
taman yang tak jauh dari rumahku.. taman itu memang tak indah namun selalu
menemani kesendirianku sejak aku masih belia.
Aku Carrysa Dellia
Putri, gadis yang masih labil dalam urusan percintaan, bahkan mungkin sangat
bodoh, well usiaku 18 tahun, aku tak mempunyai kakak, but aku mempunyai adik perempuan yang bernama Camelia, usia kami
hanya berpaut 2 tahun. Perawakanku, biasa saja, tak tinggi, tak pendek, tak
gendut dan tak langsing pula, banyak orang-orang yang berkata aku cantik, tapi
aku tak peduli, kenapa? Cantik itu relative, semua orang bisa cantik, tapi
kecantikan dari hati tak kan ternilaikan oleh apapun dan tak akan muncul begitu
saja tanpa usaha.
“ Hey Caris.. “
beberapa orang yang mengenaliku dengan hangat menyapaku ramah dan aku menyambut
sapaan mereka dengan seulas senyum yang mengembang di pipiku. Di sini memang
tak sepi, tapi aku seperti merasa sendiri, bagaimana tidak? Aku kan hanya duduk
sendiri di bawah pohon yang sudah tak rindang lagi, dulu pohon ini memang
sangat rindang, rasanya duduk di bawah pohon itu memberikan ketenangan
tersendiri bagi yang merasakannya seperti aku, lain halnya dengan sekarang,
begitu banyak orang yang tak memperhatikan sekitarnya padahal mereka bisa
mendapatkan manfaat dari hal yang bahkan tak mereka ketahui sekalipun. Bahkan
sekarang sudah banyak orang-orang yang mengincar tanah ini untuk sekedar di
buat perumahan, tapi entah apa yang akan terjadi dengan taman ini beberapa
tahun kedepan. Well? Kita kembali ke benang merah :D
Aku melihat ada tukang
ice cream di pojok taman ini, “ Sepertinya ice cream itu enak “ ucapku pelan,
ku rogoh saku rok selututku.. ternyata tidak ada uang, ku buka tas kecil
berwarna biruku, ku cari-cari uangku, tapi sesuatu jatuh dari dalam tasku.
Aku terdiam sejenak
saat menyadari apa yang terjatuh dari dalam tas kecilku. Benda itu adalah
kalung yang bandulnya adalah hello kitty, pemberiannya.
Aku terhanyut dalam
diam seketika kembali mengulang kembali kisah cinta dalam benakku yang begitu
indah tapi meninggalkan bekas yang
menyakitkan. Semua yang pernah ‘dia’
lakukan masih terbingkai manis dalam memori otakku, bahkan hal yang pernah
membuatku sakit sekalipun.
-Tuhan.. ku mohon jangan biarkan aku menangis
lagi- aku terkulai lemas dan jatuh begitu saja di atas
rerumputan yang semakin mengering. Kakiku bahkan sudah tak mampu menopang
tubuhku untuk sekedar bangun dari tempat ini.
Kini..
aku
bagai sebuah peri tanpa serbuk ajaib
aku
bagai rerumputan tanpa tanaman..
semua
gersang..
semua
hilang..
aku
kehilanganmu..
kau
jauh..
sangat
jauh..
ingatkah
kau?
Saat
kita tertawa bersama?
Bercanda
bersama?
Ingatkah
kau?
Saat
kau peluk mesra tubuhku?
Dan
saat kau cium pipiku?
Dan
apakah kau masih ingat?
Cara
bagimana dirimu menyayangiku dan mencintaiku?
Aku
rindu dirimu
Dirimu
yang dulu masih memanjakanku
Dirimu
yang dulu masih menenangkan hatiku
dirimu
yang dulu selalu ada di sampingku
Apa
kau sadar dengan apa yang kau lakukan sekarang?
Aku
mohon..
Izinkan
aku tuk selalu mengukir indah senyum di bibirmu
Izinkan
aku tuk selalu mengukir namaku di hatimu
Titik demi titik air
jatuh begitu saja membasahi tubuhku, hujan, ya hujan, langit semakin gelap
bukan karena malam, tapi karena awan hitam yang semakin banyak di atas sana.
“ Sayang kamu lagi
lihat hujan ga? “ ucapnya melalui pesan singkat beberapa bulan yang lalu, saat
kami masih bersama
“ Hmm engga, memang
kenapa? “ tanyaku
“ Kalau kamu lagi
lihat, kamu pasti bisa ngerasain kalau rasa rindu aku tuh sebanyak rintikan
hujan itu “
-Sekarang aku melihat
hujan itu, bahkan aku merasakan setiap titik yang jatuh dari hujan itu, tapi
mengapa aku tak bisa merasakan rasa rindumu itu? mengapa?- teriakku dalam
hati dan berjuta tanya dari dalam hatiku, tapi tak kunjung ada jawaban.
Akhirnya bulir air mata
itu merekah dan menggelayut di pelupuk mataku, kemudian mengalir membuat parit
di pipi dan berhenti di dagu kemudian jatuh dengan sangat pelahan dan menyatu
bersama titik-titik hujan lainnya. Ingin sekali aku mengoyak isi pikiranku
kemudian membuanganya agar aku tak mengingat kenangan-kenangan itu lagi, namun
itu hanya sia-sia karena memang tak bisa.
***
“ Kaka belum tidur? “
tanya adikku, mungkin karena dia heran melihatku yang tengah malam masih berada
di depan laptopku “ Lagi ngerjain apa sih ka? “ lanjutnya
“ Belum, hmm.. “ ah
susah sekali mengatakannya, aku beri tahu atau tidak ya?
Meli mengintip layar
laptopku, “ Aha! aku tahu, kaka bikin movie maker kan? Buat ka Tio? “
“ Ah sudahlah.. cepat
sana tidur, nanti kaka nyusul “ ucapku sedikit geram karena projectku sudah diketahui
olehnya.
“ Cieee.. yang mau
FAILED SATU TAHUNAN “ ucapnya dengan suara di naikkan satu oktaf dan di
tekankan di kalimat terakhirnya. Aku semakin geram, tapi aku sedang tidak mau
marah jadi aku diam saja.
Sebenarnya aku tak
hanya membuat movie maker tapi aku akan memberikan gulungan surat juga padanya,
hanya sekedar puisi di dalam surat itu.
Ku rasakan denting jam
dindingku sudah semakin terdengar menyeruak membahana di kamarku, begitu terasa
di telingaku, aish bodoh, bukan semakin terdengar tapi karena memang sudah
malam dan sepi sehingga denting jam merambat bersama angin dalam keheningan
yang hanya membuat suaranya bisa di dengar hanya dalam sepi. #wees
Ku sudahi membuat
project itu, rasanya mataku sudah lelah memandangi layar laptopku karena memang
sudah jam satu pagi. Tapi aku masih belum bisa tidur, dengan langkah gontai aku
kembali terduduk di meja belajarku dan membuka buku yang berisi sekumpulan
puisi-puisi yang ku buat asli dari jemari tanganku. Entah apa yang membuatku
mengambil pena dan menuliskan sebait puisi di lembar baru buku itu.
Malam-malamku..
Kini
sudah jelas kelam
Dan
rasa letihpun selalu mendera hatiku
Tapi
lembutnya dingin angin malam
Mengingatkanku
pada lembutnya sentuhan tanganmu
Yang
selalu membawa khayalanku kian pasti
Untuk
selalu menggantungkan mimpi dan impianku
Terasa guratan senyum
getir menghiasi wajahku yang semakin pucat ini setelah membuka lembar demi
lembar puisi ke halaman lebih depan, sesak sekali rasanya saat teringat kembali
masa itu.
Aku menutup mataku,
berusaha menahan bulir air mata itu agar tak terlalu banyak terjatuh.
Tapi menutup mataku
malah membuat diriku mengulas kembali masa-masa itu. Teringat sekali saat dia
membelai lembut pipiku dengan jemari tangannya, teringat saat kami pergi nonton
berdua, teringat saat kami jalan berdua di tengah hujan, teringat saat dia
mencium pipi dan keningku, teringat saat dia mendekap tubuhku, teringat saat
tanganku dan tangannya berpautan, teringat saat dia tertawa dan tersenyum
karenaku, senyum yang paling indah yang pernah aku temui, sangat damai rasanya
saat itu, melihat orang yang ku cintai bahagia bersama ku, namun kini semuanya
lenyap, semua hilang seperti angin topan yang berlalu begitu saja saat sudah
menghancurkan semuanya. SAKIT, NYESEK, PERIH, itu yang ku rasakan saat ini.
***
Tak kusadari ternyata
tadi malam aku tertidur karena mataku terlalu lelah mengeluarkan air mata, dan
pagi ini mataku sangat sukses atas kesembabannya dengan guratan kantung hitam
di bawah mata ini HAHA, tawaku membahana di kamarku sendiri.
Sahabat-sahabatku
bilang aku harus memberikan movie maker dan surat itu secara langsung, tapi
apakah aku bisa? Aku terlalu takut dan malu untuk melakukan itu, bahkan melihat
wajahnya saja sudah membuat jantungku berdegup kencang.
Tapi hari ini aku akan
benar-benar memberikan itu padanya.
“ Ka, kau yakin akan
memberikannya sekarang? Lihatlah kondisimu, badanmu terlihat tak sehat, wajahmu
juga pucat “ ucap adikku yang begitu menghawatirkanku, aku memang menyadari
bahwa badanku memang lelah sekali, tapi aku yakin aku bisa, aku harus
memberikan ini, sekarang, hari ini juga. Itu tekadku, walaupun aku juga takut..
tapi aku akan berusaha.
Aku menunggunya di
dekat taman dekat rumahnya, dari jauh sosok itu sudah terlihat di sudut mataku,
dia semakin mendekat sehingga membuat jatungku berdesir hebat.
“ Ada apa? “ tanya
sosok itu yang sekarang bukan siapa siapaku lagi, sekarang hanya sebatas kaka
dan adik.
“ Cuma mau ngasihin ini
ke kaka ko :) “ ucapku dengan senyum yang mengembang di pipiku sambil
memberikan something itu.
“ Oh.. makasih yah :),
ada yang mau di sampein lagi? “
“ Hmm engga ka, kaka
mau ngomong sesuatu? “ tanyaku ragu dengan senyuman yang getir
“ Hmm.. failed
anniversary satu tahun yah, maaf aku ga bisa nepatin janji aku buat bersama
kamu sampe satu tahun, jangan nangisin aku lagi, di luar sana masih banyak cowo
yang lebih baik dari aku “ ucapnya sambil mengusap kepalaku dan mendekatkan
tubuhku agar lebih dekat dengannya, itu hal yang dulu sering dia lakukan saat
kami masih bersama, rasanya senang sekali saat dia melakukan hal itu, tapi aku
juga sedih akan kata-kata yang dia ucapkan tadi, aku hanya bisa diam terpaku,
aku tak mampu melihat wajahnya, wajahku menunduk, ingin sekali aku menangis,
tapi tidak! aku harus menahannya.
Getaran
nafasku yang tak kuat lagi menahan perihku
Aku
hanya bisa diam membisu
Tanpa
satu kata apapun yang menghiasi lisan ini
Setelah lama terdiam
aku mengatakan satu kalimat “ Tapi ga semudah itu ka “
“ Mungkin ini yang
terbaik “
Begitu mudahnya kalimat
yang terucap dari mulutnya, dia tak bisa merasakan apa yang ku rasa, tak bisa!!
Akhirnya setelah basa-basi
antara aku dan dia, aku beranjak pulang, rasanya kaki ku berat sekali, seperti
tak bisa melangkah. Saat menyebrang jalan, kepalaku pening, dan tiba-tiba
badanku seperti melayang, lebih tepatnya terpental entah kemana karna sentuhan
sebuah benda, setelah itu, kurasakan semuanya gelap.
***
Hari
ini aku merasakan diriku cantik sekali, dengan gaun putih selutut yang ku
kenakan dan dengan rambut panjang yang terurai bebas, wajahku seperti
berseri-seri, rasanya aku senang sekali. Sebenarnya apa yang sedang terjadi
padaku? aku berada di tempat yang bahkan aku tak ketahui dimana, semuanya
terlihat sangat indah..
Aku
duduk di atas ayunan, mengayunkan kaki ku dengan bebasnya, ini mengasyikan, aku
senang, tapi mengapa seperti ini? aku merasakan ada hal yang aneh.
Ku
sapu tempat indah ini dengan kedua bola mataku, sepi.. itu yang kurasakan, tapi
di sudut pojok sana aku melihat dua orang yang sangat ku kenali, ku langkahkan
kakiku perlahan mendekati dua orang itu.. tapi semakin dekat kakiku lemas,
terasa sakit sekali, akhirnya aku terhuyung jatuh ke tanah.. tapi di sini aku
bisa melihat dengan jelas kedua orang itu..
Kesenangan
yang ku rasakan tadi hanyalah sesaat, kini aku melihat Tio dan gadis itu sedang
duduk berdua dengan begitu mesranya, tangan mereka berpautan, mereka terlihat
bahagia sekali..
Tio
kau begitu tega meninggalkanku
Kau
begitu tega membiarkanku dalam kesendirian tanpamu
Kau
tega bersama yang lain di depanku Yo..
Kau
tega mengumbar kebahagianmu bersama orang lain di hadapanku..
Dimana
hati dan perasaanmu Yo?
Tidakkah
kau melihatku di sini?
Menahan
diriku sendiri untuk bertahan dalam kesedihan tiada akhir seperti ini?
Aku
sakit Yo..
Aku
rapuh..
Di
depanmu aku memang terlihat tegar..
Tapi
di sini, di belakangmu aku sangat rapuh Yo..
Aku
sudah seperti debu yang dengan mudahnya terbawa angin
Tio,
kumohon mengertilah..
Dengarkan
setiap kata hatiku Yo..
Aku
disini Yo..
Menunggumu
dengan separuh hatiku yang masih terbawa olehmu
Menunggumu
dengan seulas senyum penuh harapan
Menunggumu
untuk selalu menemani setiap hembusan nafasku Yo..
Tio
kembalilah.. ku mohon :’(
Tuhan
apa yang kau lakukan padaku?
Mengapa
aku harus melihat ini?
Melihat
orang yang ku cintai tertawa bahagia bersama orang lain
Apa
maksudmu dengan semua ini?
Tuhan
aku tak tahan,
ini
begitu menyakitkan
Tuhan..
apa
ini yang terbaik menurutmu?
Tapi
jika memang ini yang terbaik mengapa aku tak bisa merelakannya?
Mengapa
aku selalu meneteskan air mata saat mengingatnya?
Mengapa
tuhan?
Tuhan..
Ku
mohon, aku ingin tersenyum dan tertawa seceria dulu seperti saat bersamanya..
Aku
tak ingin seperti ini..
-Tuhan,
aku mencintainya.. sangat..-
***
-Tuhan, aku
mencintainya.. sangat..-
“ Ka.. lihat, ka Caris mengigau dan tersenyum
tapi mengapa menitikan air mata? “
-terdengar olehku suara yang sangat
ku kenali. Meli, pasti Meli adikku, tapi mengapa tangan yang menggenggam
tanganku besar dan sedikit kasar? Siapa yang menggenggam tanganku? Ayahku?
Ibuku? Tapi tak mungkin, mereka sedang ada di luar kota. Tuhan? Tolong bukakan
mataku, agar aku bisa melihat siapa yang berada dalam ruangan ini.-
-Air apa yang menetes di tanganku?
Siapa yang menangis? Ku mohon siapa saja yang berada di sampingku janganlah
menangis. Tuhan bantu aku membuka mataku, ku mohon.-
-Apa mungkin disini ada Tio? Tio..
jika memang kau berada di sini, ku mohon bicaralah, agar aku bisa mendengar
suaramu, aku merindukanmu Yo.. tapi mengapa tangan itu melepaskan tanganku
begitu saja? Kemana dia?-
Ku
buka mataku perlahan, silau, lampu ruangan ini menyilaukan penglihatanku.
“
Mel.. “ panggilku lirih
“
Ka, kaka sudah sadar? Syukurlah aku senang melihat kaka sadar “ ucapnya riang
Ku
sapu ruangan ini dengan mata yang nanar, tak ada siapapun. Lalu siapa yang tadi
menggenggam tanganku? Apa hanya mimpi?
“
Kau hanya sendiri Mel? Tak ada siapapun lagi? “ tanyaku
“
Tak ada siapa-siapa ka, tadi yang membawa kaka ke sini ka Tio ka, tapi dia
langsung pulang “ jelasnya
“
Hmm.. “ gumamku, aku hendak bangun, aku ingin keluar, rasanya pengap sekali
berada di ruangan yang bau obat-obatan seperti ini, tapi mengapa kakiku sakit?
Ku buka selimut yang menutupi tubuhku. Ya Tuhan! Kakiku? Mengapa kakiku di
gips? Apa yang terjadi? Separah inikah kondisiku? Separah apakah kecelakaan itu
hingga membuat kakiku seperti ini?
Perlahan
cairan dari retina mataku meleleh, tetes demi tetes keluar dengan bebasnya, aku
mengusap air mataku sendiri, berusaha kuat dengan apa yang terjadi, tapi
mengapa cairan itu terus keluar?
“
Maafkan Meli ka, kaki kaka patah dan kata dokter tulang kaki kiri kaka
mengalami patah yang cukup parah, jadi untuk beberapa bulan kedepan kaka harus
menjalani perawatan, maafkan Meli, Meli tak bisa berbuat apa-apa untuk kaka “
ucap adikku lirih, wajahnya menunduk, aku yakin dia pasti menangis.
“
Mel kaka tidak apa-apa, kaka baik-baik saja Mel, kau tak perlu menangis seperti
itu, aku tak suka melihat mu menangis, cepat hapus air matamu! “ seruku
***
Hari
ini aku sudah kembali ke rumah, meski dengan kursi roda yang harus menopang
tubuhku, saat di rumah sakit, setiap hari aku selalu melihat mawar di vas bunga
dekat tempat tidurku, setiap hari juga warna mawarnya selalu berbeda, kadang
merah, putih atau bahkan biru. Saat hari terakhir, aku sengaja bangun lebih
pagi dari biasanya karena aku penasaran siapa yang mengganti mawar-mawar itu.
Flashback
Ku dengar pintu ruang rawatku
terbuka, ku buka sedikit pelupuk mataku, berusaha untuk melihat siapa yang
datang. Ku tutup kembali mataku setelah aku tahu siapa yang datang, kali ini dia
membawakan mawar biru, mawar yang sangat ku suka, ku dengar langkah kakinya
semakin mendekat ke arahku.
Kursi yang berada di sampingku
sepertinya diduduki olehnya, dan seketika dia memegang tanganku, mengusapnya
lembut, dan berkali kali menciumnya lembut.
“ Caris maafkan aku yang telah
membuatmu seperti ini, jika aku tahu kau akan seperti ini aku akan mengatarmu
menyebrang, maafkan aku.. Caris, aku akan meninggalkan dia, untukmu, aku ingin
menebus kesalahanku, aku tak mau membuatmu semakin terluka karena aku, aku akan
berusaha mencintaimu lagi Caris “ jelas Tio, sosok itu, aku yakin Tio menangis
karna suaranya terdengar tertahan, nafasnya pun memburu, dan tanganku pun basah
karena cairan air matanya.
Tio mengusap pangkal kepalaku, dan
kurasakan ada sesuatu yang menyentuh keningku, terasa lembab, dia menciumku,
aku tahu itu. “ Caris maafkan aku.. semoga kau suka mawarnya, aku pulang Car “
ucapnya berlalu
Titik-titik air matakupun jatuh
seketika saat melihatnya sudah berlalu dari hadapanku.
Flashback
Off
***
Ku
langkahkan kakiku perlahan dengan menggunakan sebuah kayu penyangga tubuhku di
sisi kiri menyusuri pantai, aku sengaja ke pantai dekat rumah nenekku, aku
berdiri mesti tak setegak dahulu, mataku memandang jauh kedepan dengan tatapan
kosong dan datar, berusaha merasakan hembusan angin pantai yang bercampur
bersama polusi, aku tahu jauh di belakangku ada mata yang sedari tadi
memandangiku, dan sekarang mata itu mendekat.
“
Untuk apa kau sesini? “ tanyaku sinis, aku tahu mata Tio yang sedari tadi
memandangku, aku masih bisa merasakan setiap kehadirannya.
“
Aku minta maaf atas kejadian beberapa hari silam, aku berada di sini karena aku
akan kembali menemani setiap hembusan nafasmu, aku masih mencintaimu Car “
jelasnya
Tatapanku
masih lurus kedepan, aku tak mau menoleh ke arahnya, aku takut aku menangis
lagi.
“
Kembali padaku? Mencintaiku? Apa aku tak salah mendengar? Kurasa memang aku
mendengarnya dari mulutmu, tapi aku tak mendengar itu dari hatimu. Lalu untuk
apa semua itu? kau kasihan dengan keadaanku? Maaf, aku tak perlu di kasihani
olehmu “ ucapku sedikit kasar, sejujurnya nafasku sesak, tenggorokanku sakit
menahan rasa sesak itu, menahan air mata itu keluar, sakit.
“ Aku memang mencintaimu ka, tapi aku tahu
diri, kau tak mencintaiku lagi, kau mencintai orang lain, aku juga memang
menginginkan kau kembali padaku ka, tapi aku sadar aku tak menginginkan itu
jika alasanmu kembali padaku karena atas dasar kasihan padaku “ lanjutku
menjelaskan
“
Ku mohon jangan berbicara seperti itu “ ucapnya dengan nada memohon dan
berlutut di hadapanku, menggenggam tanganku meski dari tadi aku sudah berusaha
melepaskannya, tapi genggamannya semakin kuat dan tenagaku kalah untuk
melepaskan tangannya.
Aku
tak kuasa menahan rasa ini, nafasku tersenggal-senggal, jantungku berdesir
hebat.. aku tak tahan melihatnya seperti itu di hadapanku, aku tertunduk penuh
haru, akhirnya aku mengeluarkan bulir air mata yang masih hangat, dan bersatu
dengan percikan air pantai karena terhalang oleh batu besar yang sedang ku
pijak, jatuh dan jatuh lagi air itu dari pelupuk mataku
“
Caris, aku tak ingin kau terluka karena aku lagi, aku akan kembali, kembali
mencintaimu, percayalah.. aku hanya ingin buatmu bahagia “ jelasnya penuh isak
tangis
“
Jangan menangis di depanku ka, percuma, aku tak akan bahagia jika kau kembali
padaku, kau justru akan semakin menyiksaku dan dirimu sendiri, kau akan semakin
membuatku lebih terluka karena cintamu tak tulus, cintamu hanya karna belas
kasihan, percuma, semuanya semu. “
“
Aku hanya minta satu hal dari kaka “ lanjutku
“
Apa itu? aku akan melakukannya untukmu “ tanya Tio
“
Lihatlah ke belakang sana ka, lihat gadis itu, dia menunggumu ka, aku tidak
mungkin merenggut kebahagiaannya, aku tak mungkin tega memisahkanmu dengan
gadis itu, ku mohon kembalilah padanya, kembali ke sisinya, jangan pernah
hiraukan aku lagi, jangan pernah kembali ke sini meski aku memaksamu, dia lebih
membutuhkan kasih sayang kaka, dia lebih pantas untukmu ka, kembalilah “ ucapku
memohon dengan suara yang bergetar dan sedikit tertahan karena berusaha menahan
air mata agar tak jatuh lebih banyak lagi, tapi aku tetap tersenyum meski
hatiku sakit harus merelakannya pergi bersama orang lain.
“
Ka.. “ panggilku saat dia hendak melangkahkan kakinya, aku langsung memeluknya,
cukup lama dan berjuta rasa yang kusakan saat itu, aku tersenyum padanya, “
Pergilah, buat gadis itu bahagia “
Akhirnya
Tio pergi kembali pada gadis itu, dia sempat berterimakasih padaku dan aku
hanya membalas dengan seulas senyuman, saat Tio membalikkan badan, aku berkata sangat
pelan dan dengan suara yang lirih –Aku mencintaimu Ka :’) -
Seketika
pertahananku runtuh, aku terjatuh terkulai lemas saat Tio dan gadis itu pergi
berlalu dengan senyum dan tawa yang mengembang di pipi mereka, hatiku hancur, dan
tak peduli dengan rasa sakit kakiku yang jatuh terhempas membentur batu besar
tempatku berpijak.
“
Aku rela melihatmu bahagia bersama dia yang kau cinta :) meski hatiku sakit
melihat kebenaran itu, tapi aku senang bisa mengorbankan perasaanku demi
kebahagiaan gadis itu, aku tak akan sanggup jika nanti aku bahagia bersamamu,
tapi harus melihat gadis itu bersedih, karena aku tahu dan bisa merasakan jika
seandainya aku ada di posisi gadis itu. “
Bayangan-bayangan
itu kembali berkelebat dalam pelupuk mataku.. semua kata-kata yang pernah kau
tuturkan padaku kembali terbayang dalam benakku.
-Aku sayang kamu selalu, sampai
kapanpun aku akan berusaha mewujudkan impianku dan kamu, I love you-
-Kamu itu bagian hidup aku, kamu
belahan jiwa aku, makanya aku ga mau kehilangan kamu-
-Sulit buat ngelepasin kamu, walau
di luar sana emang banyak yang lebih baik dari kamu, tapi di hatiku kamu udah
jadi yang terbaik-
“
MENGAPA? MENGAPA SEMUA INI HARUS TERJADI PADAKU…? “ teriakku berusaha
mengeluarkan kesakitan yang ku alami selama ini, “ Aku.. aku mencintainya,
sangat :’) “ desisku pelan seraya memeluk tubuhku sendiri.
aku
diam bukan berarti melupakanmu
aku
diam bukan berarti tak mencintaimu lagi
aku
diam bukan berarti aku menyerah
tapi
aku diam karna tak ingin..
mengganggu
kebahagianmu bersamanya :')
meski
hatiku terluka melihatmu bahagia..
bersama
yang lain :'(
Diary
of CARRYSA DELLIA PUTRI
jangan
pernah membuat diri orang yang kau cintai menjadi segalanya, karna saat kau
kehilangan dia kau tak akan punya apa-apa lagi. Relakan dia yang kau cinta
untuk bersama orang lain, jangan pernah egois dengan selalu mempertahankan dia
yang memang sudah tak cinta, karna itu akan lebih menyakitkan. LIFE IS CHOICE, pilih yang terbaik
untuk hidupmu dan pedulikan orang-orang yang ada di sekitarmu meski pilihanmu
itu menyakitkan tapi setidaknya kau telah membuat hidup seseorang lebih indah.
Ingat, Tuhan selalu punya rahasia untuk hidupmu. Keep smile :)
MESKI
KAU TAK ADA DALAM HIDUPKU, TAPI KAU AKAN SELALU HIDUP DI HATIKU :’)
THE END
#maaf jika ceritanya
jelek, maklum hanya penulis amatiran :D
blognya keren, ceritanya juga
BalasHapushehe makasih ka ;D
BalasHapus