Jika
boleh memilih.. mungkin aku akan memilih agar tidak pernah di lahirkan ke dunia
ini.. jika boleh memilih mungkin ingin mati saja. Ya tuhan..apa salahku? Apa
dosaku? Kenapa harus aku?
Aku
masih duduk di atas hamparan pasir putih ini sambil memeluk lutut memandang
hamparan laut lepas yang ada di hadapanku.
Rasanya
nafasku sesak ketika ku dapati seseorang yang telah melahirkanku ke dunia ini
tidak pernah menganggap aku sebagai anaknya! Apalagi ketika ibuku bilang aku
adalah anak yang tidak pernah di inginkan untuk lahir ke dunia ini.. miris
sekali bukan?
“
Aku hanya ingin mendapat belaian kasih seorang ibu? Apa itu salah? ” ku
tundukan kepalaku karna ku yakin bulir air dari mataku akan keluar membasahi
pipiku ini
Aku
Fialsha Swiffy Putri gadis remaja yang duduk di kelas 2 SMA dan kau tahu? Aku
positif mengidap kanker darah stadium 4. Ibuku? Dia tak tahu ini, mungkin jika
dia tahu dia tak akan peduli padaku, Sudah kujelaskan bukan? ibuku bernama wero
ia ibu pekerja keras semenjak kepergiaan ayahku, ayahku pergi ketika aku di
lahirkan ke dunia ini.. saat itu ibuku hendak pergi ke rumah sakit untuk
melakukan persalinan, mungkin saat itu ayahku panik sehingga mobil yang ia
kendarai oleng dan terjadilah kecelakaan yang menewaskan ayahku. Sejak itulah
ibuku membenciku. Aku mempunyai kakak, dia seorang gadis cantik bernama Carrysa
Swiffa Putri yang sekarang sudah kuliah.. umurnya 19thn.. kau tau? Ia sangat
menyayangiku, begitu juga aku.
“
Kau sedang apa? Jangan bilang kau menangis lagi? ” aku terkesiap saat orang itu
duduk di sampingku, langsung saja ku hapur air mataku yang sedari tadi
membasahi pipiku. Aku tau pasti dia adalah Hafin sahabatku juga.
“
Hafin! Sedang apa kau disini? Kau mengikutiku? ” tanyaku.
“
Aku hanya khawatir padamu fy ” jawabnya sambil menataku, ku palingkan saja
wajahku. Aku tidak habis pikir, kenapa Hafin selalu menggangguku, itu sangat
membosankan.
“
Kau tidak perlu khawatir padaku, sudah kubilang bukan? aku hanya ingin sendiri!
” ucapku berlalu pergi dari hadapannya. Tapi langkahku terhenti karena Hafin
menggenggam tanganku erat.
“
Aku hanya ingin kau tau suatu hal fy ” ucapnya memandang hamparan laut di
hadapannya, dan merenggangkan genggaman tangannya, “ Aku sangat peduli padamu,
aku khawatir padamu, aku.. aku.. ” “ Aku menyayangimu fy, lebih dari layaknya
seorang sahabat ke sahabatnya, aku cinta sama kamu Swiffy ” ucapnya begitu
yakin.
Aku
terdiam terpaku mendengarnya berbicara seperti itu, tubuhku tiba-tiba lemah tak
berdaya, aku yakin dia serius dengan ucapannya, akupun duduk di sampingnya,
tapi aku bingung harus bicara apa.
“
Kau tidak harus menjawabnya sekarang, aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku ”
ucapnya sambil menoleh dan tersenyum padaku. Akupun tak segan untuk membalas
senyumannya.
Esok
harinya aku pergi ke pantai itu bersama Hafin, kami tertawa, lari-larian, dan
sampai akhirnya tubuhku lemas dan jatuh terduduk di hamparan pasir putih itu,
aku merasakan bahwa darah segar mengalir di hidungku, peluh air mata itupun
berjatuhan di pipiku, mungkin ini saatnya. Kulihat Hafin menghampiriku,
sepertinya dia menyadari jika ada hal aneh yang terjadi padaku. Dia memelukku
erat, rasanya nyaman sekali, dengan keadaan menangis aku menceritakan semuanya,
ibuku, dan penyakitku ini.
“
Kau harus kuat fy, aku yakin kamu bisa menghadapi ini semua, aku akan selalu di
sampingmu, kita bisa hadapin ini bersama ” ucapnya lalu menghapus air mataku “ Bahuku
siap menampung air matamu kapan saja jika kau membutuhkannya ” lalu ke senderkan
kepalaku ke bahunya “ Terima kasih ” ucapku
Sudah
hampir pagi aku dan Hafin disini, kami hanya menikmati dinginnya angin pantai
dan sesekali tertawa bersama.
“
Fin ” pangggilku dan menoleh ke arahnya
“
Ya ” jawabnya
“
Aku ingin menyampaikan satu hal ” ucapku berhenti sejenak kemudian melanjutkan
lagi perkataanku “ Jujur aku merasa nyaman jika berada di sampingmu, tapi aku
tidak bisa mendampingimu, tidak bisa menjadi kekasihmu. ” tanpa kusadari air
mata itu kembali membasahi pipiku.
“
Tapi kenapa? ” tanyanya kecewa. “ Hidupku tak lama lagi fin, dan kamu tidak
pantas menjadi kekasih sorang wanita seperti aku, di luar sana masih banyak
wanita yang lebih sempurna dari pada aku ” jelasku lirih
Andai
smua ini tak terjadi padaku, pasti dengan senang hati ku terima cintamu Fin, tapi
ini sudah kehendak tuhan, aku hanya bisa menerimanya.
“
If.. ” ku taruh telunjukku di bibirnya hafin “ Jangan berbicara sebelum aku
selesai bicara ” dia hanya bisa menghela nafas dan menyunggingkan bibirnya, dan
itu membuatku tertawa geli.
Suasana
menjadi serius lagi, “ Sepulang dari sini kumohon kamu ambil buku harianku di
laci dan berikan pada kakakku, apapun yang terjadi ku mohon jangan teteskan air
mata sekalipun dihadapanku ” ucapku, tiba-tiba saja tubuhku lemas, nafasku
memburu, dan mataku tidak bisa melihat dengan jelas, mungkinkah ini saatnya?
Aku langsung memeluk Hafin, mungkin baginya terasa aneh, tapi tak lama diapun
membalas pelukkanku erat.
“
Ku mohon jadilah yang terbaik untuk orang yang berada di sekitarmu, carilah
orang yang lebih baik dariku, AKU MENCINTAIMU HAFIN, SANGAT! Selamat tinggal ”
ucapku untuk yang terakhir kalinya di pelukan orang yang kucinta dan di saat
matahari terbit indah dengan sempurna di hadapanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar