TANAH AIRKU
Hari
ini, di pagi yang cerah ini aku bersama sahabatku sedang menikmati liburan yang
hanya tinggal tiga hari lagi.
Burung-burungpun
berkicau di pagi hari yang cerah ini, hembusan angin yang sejuk sesekali
menerpa tubuhku.
“
Aku pasti sangat merindukan saat-saat seperti ini “ ucapku sambil terus
berjalan di jalan setapak yang di kelilingi lading yang luas sambil merentangkan
tangan agar berjalan dengan seimbang.
Hari
ini adalah hari terakhirku berpijak di Tanah Air ini. Karena besok aku
akan pergi ke Amerika untuk pertukaran pelajar. Kau tau apa yang ku rasakan?
Aku sangat senang karena itu adalh impianku sejak dahulu.tapi bukan hanya itu
saja yang kurasakan, akupun sedih harus meninggalkan desa ini, ayahku,
adik-adikku, dan sahabatku.
Maka
dari itu, hari ini aku akan bermain di sini, disawah ini bersama sahabatku Mili
dan Reni.
“
Kenangan manis di desa ini pasti ku tidak kulupakan dan kan terkenang
selama hidupku. “ gumamku.
“
Kau bicara apa tris? Maaf aku tak mendengarnya. “ Tanya Reni bingung.
“
Ah tidak “ jawabku sembari tersenyum datar.
Sekarang
aku, Mili, dan Reni sedang duduk di hamparan rumput yang luas. Terlihat olehku
Mili sedang duduk menatap ke depan tapi sepertinya dia sedang memikirkan
sesuatu. Kakiku mengajakku untuk menghampiri Mili dan bertanya padanya ada apa
dengan dirinya, tapi Mili bilang ia tidak apa-apa.
Aku
tak yakin itu, aku tanya sekali lagi, dan apa yang terjadi?
“
Mili! Kenapa kau menangis? “ ucaku heran, Renipun menghampiriku dan Mili,
mungkin karena Reni mendengar perkataanku tadi.
“
Ada apa Tris? “ tanya Reni heran.
“
entahlah “ jawabku.
Tak
lama kemudian Mili pun bicara.
“
Sudah ku bilang aku tak apa Tris, Ren “ ucapnya tersenyum untuk meyakinkanku
dan Reni.
Akhirnya
hingga sore aku, Mili, dan Reni bermain di sawah ini, hingga baju-baju kami
kotor karena kami saling mendorong di sawah yang baru di bajak.
Akupun
pulang, tapi tidak dengan Mili dan Reni, kata mereka, mereka akan membantuku
menyiapkan barang-barang yang akan kubawa besok pagi.
Semua
barang-barang yang akan kubawa besok sudah siap.
“
Wah sampai lupa mau memeriksa dompet “ ucapku sambil mencari dompetku di
lemari.
“
Astagfirullah dompetku dimana? “ ucapku kaget.
“
Ada apa Tris? “ tanya Reni padaku
“
Dompetku tidak ada Ren, padahal tiket ke Amerikanya ada di dompet itu “ jawabku
yang masih gelagapan mencari dompetku.
“
Bu.. Ibu.. “ panggilku yang sudah pasti memanggil ibuku.
Ibukupun
menghampiriku yang sudah duduk kebingungan, ku jelaskan saja apa yang
sebenarnya terjadi, Ibukupun kaget karena ia sama sekali tidak melihat
dompetku.
Kami
semua yang berada di rumah itu mencari dompet coklatku, tapi hasilnya nihil.
“
Impianku sudah pupus, aku tak bisa pergi ke Amerika untuk meraih impianku “
ucapku sedih, dan akupun terduduk lemah di lantai kamarku.
“
Aku yakin dompetmu pasti akan di temukan “ ucap Reni meyakinkanku.
Semua
orang yang berada dalam hadapanku mengiyakan perkataan Reni, dan meyakinkanku
bahwa dompetku pasti ada di suatu tempat.
“
Sudahlah kalian tidak usah menghiburku! Besok aku tidak akan pergi, aku akan
tetap berada di sini “ ucapku lantang dengan nada sedikit membentak, dan
berlari keluar rumah, entah apa yang sedang terjadi padaku, aku kacau, impian
yang selama ini kutunggu-tunggu hilang dalam sekejap.
“
Tunggu nak, Ibu akan membelikanmu tiket untuk pergi kesana. “ ucap ibuku
“
Ibu membelikanku tiket? Uang dari mana Bu? Untuk makan sehari-hari saja susah.
Mungkin biarpun ibu punya uang tapi saya tidak akan mau Bu, saya
lebih senang jika tiket itu saya dapatkan karena jerih payah saya sendiri. “
ucapku membelakangi Ibuku.
Mungkin
Ibuku sekarang sudah menangis mendengar ucapanku tadi, dan orang-orang yang
berada di rumah ini mendengar perkataanku dan tidak percaya dengan apa yang ku
katakan tadi.
“
Aku mohon sekarang biarkan aku sendiri disini. “ ucapku lemah.
Sekarang
aku hanya sendiri, duduk termenung di bawah langit dengan bulan dan bintang
yang bersinar terang dan bahagia di atas sana.
Tanpa
sadar sedari tadi aku sudah menangis. Aku tidak tahu apa salahku hingga
kejadian ini harus terjadi padaku, mungkin inilah yang di bilang takdir, takdir
yang sangat pahit yang terjadi padaku. tanpa sadar sedari tadi aku sudah
menangis.
“
Tris, Trisa.. aku ingin bicara padamu. “ panggil seseorang yang jelas sangat ku
ketahui bahwa itu suara Meli.
“
Bukankah sudah ku bilang, aku sekarang ingin sendiri dulu, apa kurang jelas
Mil? “ ucapku tanpa melihat ke arahnya.
Lalu
Mili berjalan ke hadapanku dang berlutut di sana, sambil menggenggam tanganku.
“
Maafkan aku Tris… “ ucapnya sembari meneteskan air mata.
Aku
heran ada apa Mili meminta maaf padaku, tapi ku biarkan saja dulu, mungkin ada
sesuatu yang ingin dia katakan.
“
Maaf aku.. aku.. aku yang mencuri dompetmu. “
“
Apa! Kau jahat Mil, kau Tega! “ ucapku kesal “ Aku sahabatmu Mil, kenapa kau
tega merusak impian sahabatmu sendiri! Aku tak percaya ini “ ucapku melanjutkan
perkataanku.
“
Tunggu dulu Tris, aku bisa menjelaskan semuanya.. “ “ Aku tidak mau kau pergi
jauh dari desa ini, aku tidak akan mau itu terjadi, aku tidak mau
kau melupakanku dan Reni, aku takut kan kehilanganmu Tris. “
ucapnya lagi dengan menggenggam tanganku erat.
Lalu
ia mengambil sesuatu dari sakunya yang mungkin adalah dompetku, dan benar saja
ia mengembalikan dompetku.
“
Aku minta maaf sudah menghambat impianmu. “ ucapnya sedih
Apakah
begitu besar rasa ketakutan yang di miliki sahabatku Mili, jujur aku tidakb isa
berkata-kata, aku hanya bisa meneteskan air mata.
“
Mil, kau dan semuanya tidak akan hilang dari kalbu, dari hatiku. “
ucapku tersenyum lemah.
“
Aku sadar aku sdah berlaku egois terhadapmu, maaf, sekarang aku tau bahwa
begitu besar impianmu, pergilah, tinggalkan untuk sementara tanah ini. Ku
yakin kau pasti akan kembali kelak. “ ucapnya sangat tegar.
Semua
orang yang ada di rumaku keluar dan tersenyum melihat kami berdua.
“
Kalian semua yang sangat kucintai dan engkau Mili aku
mengerti apa yang kau lakukan dan kuhargai apa yang kau rasakan “ ucapku dengan
senyuman yang menawan.
Keesokan
harinya…
“
Walaupun akan banyak orang-orang di Neg’ri yang akan kujalani
di sana tapi aku yakin kalian semualah yang terbaik “ ucapku saat aku sudah
sampai di bandara.
Semua
orang tersenyum melambaikan tangan saat aku pergi. Walaupun hanya berdua di
Amerika bersama Ibuku, aku yakin semua pasti bisa kujalani meski aku tahi itu
adalah Negeri yang mashur permai di kata orang, dan walaupun jauh dari
Indonesia, tetapi kampung dan rumahku di sanalah ‘ku rasa senang dan
bahagia karena di sana banyak orang yang kusayangi.
Sekarang
aku sudah duduk di kursi pesawat ini, rasanya sangat senang, meskipun harus
meninggalkan tanah Indonesia yang sudah pasti ku tak kulupakan. Engkau
adalah tanah Indonesia yang sangat kubanggakan.
Dan
pesawat yang kunaikipun terbang meninggalkan Indonesia.
-SELESAI-
follow wattpad saya @nrfitrianiputri
follow wattpad saya @nrfitrianiputri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar