Sabtu, 18 Agustus 2012

cerpen 'Tanah Airku'


TANAH AIRKU

Hari ini, di pagi yang cerah ini aku bersama sahabatku sedang menikmati liburan yang hanya tinggal tiga hari lagi.

Burung-burungpun berkicau di pagi hari yang cerah ini, hembusan angin yang sejuk sesekali menerpa tubuhku.

“ Aku pasti sangat merindukan saat-saat seperti ini “ ucapku sambil terus berjalan di jalan setapak yang di kelilingi lading yang luas sambil merentangkan tangan agar berjalan dengan seimbang.
“ Kau pasti bisa merasakan yang lebih dari ini Tris “ ucap Reni sangat yakin.

Hari ini adalah hari terakhirku berpijak di Tanah Air ini. Karena besok aku akan pergi ke Amerika untuk pertukaran pelajar. Kau tau apa yang ku rasakan? Aku sangat senang karena itu adalh impianku sejak dahulu.tapi bukan hanya itu saja yang kurasakan, akupun sedih harus meninggalkan desa ini, ayahku, adik-adikku, dan sahabatku. 

Maka dari itu, hari ini aku akan bermain di sini, disawah ini bersama sahabatku Mili dan Reni.

“ Kenangan manis di desa ini pasti ku tidak kulupakan dan kan terkenang selama hidupku. “ gumamku.
“ Kau bicara apa tris? Maaf aku tak mendengarnya. “ Tanya Reni bingung.
“ Ah tidak “ jawabku sembari tersenyum datar.

Sekarang aku, Mili, dan Reni sedang duduk di hamparan rumput yang luas. Terlihat olehku Mili sedang duduk menatap ke depan tapi sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Kakiku mengajakku untuk menghampiri Mili dan bertanya padanya ada apa dengan dirinya, tapi Mili bilang ia tidak apa-apa.
Aku tak yakin itu, aku tanya sekali lagi, dan apa yang terjadi?

“ Mili! Kenapa kau menangis? “ ucaku heran, Renipun menghampiriku dan Mili, mungkin karena Reni mendengar perkataanku tadi.
“ Ada apa Tris? “ tanya Reni heran.
“ entahlah “ jawabku.

Tak lama kemudian Mili pun bicara.

“ Sudah ku bilang aku tak apa Tris, Ren “ ucapnya tersenyum untuk meyakinkanku dan Reni.

Akhirnya hingga sore aku, Mili, dan Reni bermain di sawah ini, hingga baju-baju kami kotor karena kami saling mendorong di sawah yang baru di bajak.

Akupun pulang, tapi tidak dengan Mili dan Reni, kata mereka, mereka akan membantuku menyiapkan barang-barang yang akan kubawa besok pagi. 

Semua barang-barang yang akan kubawa besok sudah siap.

“ Wah sampai lupa mau memeriksa dompet “ ucapku sambil mencari dompetku di lemari.
“ Astagfirullah dompetku dimana? “ ucapku kaget.
“ Ada apa Tris? “ tanya Reni padaku
“ Dompetku tidak ada Ren, padahal tiket ke Amerikanya ada di dompet itu “ jawabku yang masih gelagapan mencari dompetku.
“ Bu.. Ibu.. “ panggilku yang sudah pasti memanggil ibuku.

Ibukupun menghampiriku yang sudah duduk kebingungan, ku jelaskan saja apa yang sebenarnya terjadi, Ibukupun kaget karena ia sama sekali tidak melihat dompetku.
Kami semua yang berada di rumah itu mencari dompet coklatku, tapi hasilnya nihil.

“ Impianku sudah pupus, aku tak bisa pergi ke Amerika untuk meraih impianku “ ucapku sedih, dan akupun terduduk lemah di lantai kamarku.
“ Aku yakin dompetmu pasti akan di temukan “ ucap Reni meyakinkanku.
Semua orang yang berada dalam hadapanku mengiyakan perkataan Reni, dan meyakinkanku bahwa dompetku pasti ada di suatu tempat.
“ Sudahlah kalian tidak usah menghiburku! Besok aku tidak akan pergi, aku akan tetap berada di sini “ ucapku lantang dengan nada sedikit membentak, dan berlari keluar rumah, entah apa yang sedang terjadi padaku, aku kacau, impian yang selama ini kutunggu-tunggu hilang dalam sekejap.
“ Tunggu nak, Ibu akan membelikanmu tiket untuk pergi kesana. “ ucap ibuku
“ Ibu membelikanku tiket? Uang dari mana Bu? Untuk makan sehari-hari saja susah. Mungkin biarpun ibu punya uang tapi saya tidak akan mau Bu, saya lebih senang jika tiket itu saya dapatkan karena jerih payah saya sendiri. “ ucapku membelakangi Ibuku.
Mungkin Ibuku sekarang sudah menangis mendengar ucapanku tadi, dan orang-orang yang berada di rumah ini mendengar perkataanku dan tidak percaya dengan apa yang ku katakan tadi.
“ Aku mohon sekarang biarkan aku sendiri disini. “ ucapku lemah.

Sekarang aku hanya sendiri, duduk termenung di bawah langit dengan bulan dan bintang yang bersinar terang dan bahagia di atas sana.

Tanpa sadar sedari tadi aku sudah menangis. Aku tidak tahu apa salahku hingga kejadian ini harus terjadi padaku, mungkin inilah yang di bilang takdir, takdir yang sangat pahit yang terjadi padaku. tanpa sadar sedari tadi aku sudah menangis.

“ Tris, Trisa.. aku ingin bicara padamu. “ panggil seseorang yang jelas sangat ku ketahui bahwa itu suara Meli.
“ Bukankah sudah ku bilang, aku sekarang ingin sendiri dulu, apa kurang jelas Mil? “ ucapku tanpa melihat ke arahnya.

Lalu Mili berjalan ke hadapanku dang berlutut di sana, sambil menggenggam tanganku. 

“ Maafkan aku Tris… “ ucapnya sembari meneteskan air mata.

Aku heran ada apa Mili meminta maaf padaku, tapi ku biarkan saja dulu, mungkin ada sesuatu yang ingin dia katakan.

“ Maaf aku.. aku.. aku yang mencuri dompetmu. “
“ Apa! Kau jahat Mil, kau Tega! “ ucapku kesal “ Aku sahabatmu Mil, kenapa kau tega merusak impian sahabatmu sendiri! Aku tak percaya ini “ ucapku melanjutkan perkataanku.
“ Tunggu dulu Tris, aku bisa menjelaskan semuanya.. “ “ Aku tidak mau kau pergi jauh dari desa ini, aku tidak akan mau itu terjadi, aku tidak mau kau melupakanku dan Reni, aku takut kan kehilanganmu Tris. “ ucapnya lagi dengan menggenggam tanganku erat.

Lalu ia mengambil sesuatu dari sakunya yang mungkin adalah dompetku, dan benar saja ia mengembalikan dompetku.

“ Aku minta maaf sudah menghambat impianmu. “ ucapnya sedih

Apakah begitu besar rasa ketakutan yang di miliki sahabatku Mili, jujur aku tidakb isa berkata-kata, aku hanya bisa meneteskan air mata.

“ Mil, kau dan semuanya tidak akan hilang dari kalbu, dari hatiku. “ ucapku tersenyum lemah.
“ Aku sadar aku sdah berlaku egois terhadapmu, maaf, sekarang aku tau bahwa begitu besar impianmu, pergilah, tinggalkan untuk sementara tanah ini. Ku yakin kau pasti akan kembali kelak. “ ucapnya sangat tegar.

Semua orang yang ada di rumaku keluar dan tersenyum melihat kami berdua.

“ Kalian semua yang sangat kucintai dan engkau Mili aku mengerti apa yang kau lakukan dan kuhargai apa yang kau rasakan “ ucapku dengan senyuman yang menawan.

Keesokan harinya…

Walaupun akan banyak orang-orang di Neg’ri yang akan kujalani di sana tapi aku yakin kalian semualah yang terbaik “ ucapku saat aku sudah sampai di bandara.

Semua orang tersenyum melambaikan tangan saat aku pergi. Walaupun hanya berdua di Amerika bersama Ibuku, aku yakin semua pasti bisa kujalani meski aku tahi itu adalah Negeri yang mashur permai di kata orang, dan walaupun jauh dari Indonesia, tetapi kampung dan rumahku di sanalah ‘ku rasa senang dan bahagia karena di sana banyak orang yang kusayangi.

Sekarang aku sudah duduk di kursi pesawat ini, rasanya sangat senang, meskipun harus meninggalkan tanah Indonesia yang sudah pasti ku tak kulupakan. Engkau adalah tanah Indonesia yang sangat kubanggakan.

Dan pesawat yang kunaikipun terbang meninggalkan Indonesia.

-SELESAI-

follow wattpad saya @nrfitrianiputri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Purnama -NPL-

Terbaring di atas pasir Menatap langit bertaburkan bintang di temani bulan Terpejam meresapi suara ombak saling bersahutan Malam ini ...