Senin, 01 April 2013

CERPEN "Bayangan Terindah"

Halooooo!! saya kembali dengan cerita yang cukup panjang dan lebay hahahaha..
yang mau baca silahkan :) semoga kalian suka :D

***

TERBANG DAN JATUH

Mimpi meraih impian
Melayang bersama angan
Terbang bersama harapan
Kemudian jatuh bersama kebisuan

Menyadari dan mengerti
Memahami dan menilai
Setiap untaian kata yg indah
Namun seketika menjatukan di akhir kisah

Aku berusaha mencari
Mencari kebahagiaan ku sndiri
Namun tiada arti
Karna dia tak mengerti

Ku coba menunggu
Namun semua terasa semu
Terjebak dalam belenggu kebodohanku
Karna menunggu dirinya mendambakanku


29 Desember 2011
Aku mulai terbiasa dengan kesendirianku, mencoba mencari kesibukanku sendiri, mencoba merasakan indahnya hidup yang singkat ini, dan mencoba segala hal yang bahkan pernah kutakuti.  Sekitar sebulan yang lalu aku pernah berjanji pada diriku sendiri.. aku menulisnya dibuku diary ku.

26 November 2011
Udah cukup, ini yang terakhir kalinya gua sakit karna ngeliat orang yg gua sayang bersama orang lain di depan mata gua sendiri..
mulai hari ini gua bakal ngelepas dia dari kehidupan gua, gua bakal ngejauh. Gua pastiin omongan gua ini ga main-main.

Dan sekarang semua terbukti, semua perkataanku ga main-main, itu serius, aku bisa merelakan dia walaupun awalnya memang sangat berat.. ya memang tak terpungkiri sesekali aku sangat merindukannya.

Gelombang ombak yang menghantam bebatuan besar
Untuk apa kau berlari?
Resahmu tak akan menyelamatkanmu dan
Engganlah atas ketidaksabaranmu

Avella Quinsha.. itu namaku. Aku seperti apa? Itu tak penting, kau hanya perlu tahu hidup itu bukan untuk berlari dan menghindar dari suatu masalah, kau hanya butuh ketenangan untuk berpikir dan menyelesaikannya, dan satu lagi, jadilah dirimu sendiri.

***

31 Desember 2011

Entah sampai kapan kesedihan ini akan berujung, aku sendiri tak mengerti mengapa waktu tak pernah berpihak padaku untuk satu kebahagian sekalipun. Malam yang begitu indah inipun, malam yang kata orang-orang penuh kebahagiaan bahkan penuh warna, namun untukku? Terlihat sama saja. Hitam, sunyi, sepi.. Sama seperti malam-malam kemarin, bagaimana tidak? Lihatlah, aku hanya duduk termenung sendiri dengan di temani gitar kesayanganku, ya malam ini memang malam tahun baru, dan memang banyak orang-orang yang berlalu lalang dihadapanku, banyak juga yang melemparkan senyumnya padaku, dan tak kupungkiri akupun mmbalas senyum itu meski sebenarnya enggan skali.

24.00 wib

Satu-persatu pesan singkat masuk pada ponselku, sejenak kulihat ponselku sebelum membuka pesan pesan itu. Ternyata tak ada satu pesanpun dari orang yg tak seharusnya kuharapkan.
Perlahan mataku kabur, satu, dua tetes bulir air jatuh dari sudut mataku, mengapa ini terasa sangat menyakitkan? Tuhan.. dadaku sakit.. sesak sekali..
Apa yang harus aku lakukan? Aku lelah harus menciptakan senyum penuh dusta, aku lelah berpura-pura ceria, aku lelah atas kespianku, Tuhan.. kumohon hadirkan seorang teman untuk menemani setiap laraku, hadirkan seseorang yang bisa hadirkan senyum tulusku yang dulu :(

Setelah itu aku tertidur dibawah pohon yang terletak ditaman, entah berapa lama akupun tak tahu, namun aku tersentak kaget saat kudapati ada seorang pria duduk disampingku dan tengah tersenyum manis padaku.

“ kamu siapa? “ tanyaku heran

“ Aku temanmu, yang akan menemani kesendirianmu “ ucapnya seraya tersenyum manis

Aku sedikit tercengang dengan ucapannya, apa maksudnya? Apa dia mendengarkan doaku? Tidak mungkin, aku rasa ini semua mulai aneh, aku beranjak dari tempatku duduk dan melangkah perlahan, namun langkahku terhenti saat sebuah tangan yang sangat dingin menggenggam erat lenganku, dengan gerakan cepat aku menoleh dan tak sengaja mataku dan mata pria itu beradu, bersitatap cukup lama.

“ Ada apa? “ tanyaku memecah kesunyian, sekaligus menyadari bahwa ada hal yang tak bisa kujelaskan saat melihat matanya.

“ Kau mau kemana? Pulang? Boleh aku mengantarmu, tak baik seorang gadis pulang sendiri. “ ucapnya

“ Baiklah “

Sepanjang jalan aku hanya terdiam dengan sesekali menoleh ke pria itu, pria berkaus hitam, tubuhnya dingin dan matanya yang.. entahlah. Siapa sebenarnya pria ini?

***

Ku petik gitarku dan sedikit bersenandung..

Mungkin hanya tuhan..
Yang tahu segalanya..
Apa yang kuinginkan tuk saat saat ini..
Kau takkan percaya..
Kau slalu di hati....

Aku berhenti sejenak karena nafasku tercekat dan air bening itu kembali membasahi pipiku.
Baru saja aku kembali memetikkan gitar itu, namun kekagetanku membuatku berhenti karena seseorang dengan secepat kilat datang menghampiriku. Orang itu, pria yang semalam, sungguh aku mulai takut dengan semua ini, aku ingin berlari namun aku tak bisa melangkah.

“ ku mohon kamu jangan pernah menangis, aku Kares, aku temanmu, aku yang akan menjagamu. “ ucapnya sambil menghapus air mataku yang masih tersisa di pipiku

“ Aku tak mengerti dengan apa yang kamu bicarakan “

 “ Suatu saat kamu pasti mengerti “ ucapnya dengan seulas senyum

***

8 januari 2012

Hari ini aku diundang ke acara ulang tahun temanku, yang diundang hanya aku, Rara, dan Kila, mereka adalah dua sahabatku. Kami berencana akan pergi setelah usainya jam pelajaran sekolah. padahal hari ini aku ingin langsung pulang, karena aku merasa lelah akhir-akhir ini. Tapi aku harus pergi, aku tak ingin mengecewakan temanku karena ketidakhadiranku.

Jam pelajaranpun usai, kami bertemu didepan gerbang sekolah.

“ Jadikan? “ tanyaku menkonfirmasi

“ Jadi Vel, tapi.. “

“ Tapi apa? “ potongku pada ucapannya, aku merasa tidak enak atas perkataan tapi itu.

Seketika aku terdiam, setelah Kila menjawab pertanyaanku, Gua dijemput pacar gua, Rara juga, sorry.. gua ga tau kalau ini bakal kejadian, lu berangkat sendiri gapapa kan Vel?

Detik itu juga aku merasakan aliran darahku berhenti, membeku, otot-otot ditubuhku melumas. Jadi aku harus sendiri?
Beberapa menit kemudian pacar mereka datang untuk menjemput.

“ Gua duluan ya Vel, kita ketemu disana aja “ Ucap Kila. Tak ada satu katapun yang keluar dari bibirku, yang terlihat hanya senyum getir dari sudut bibirku.

Seorang sahabat memang sangat berarti, apalagi jika salah satu sahabatnya sedang bersedih, siapa tempat mereka menumpahkan kesedihannya? Siapa yang membuat mereka tertawa? Siapa yang menghibur mereka? Aku, aku tempat mereka mencurahkan isi hatinya, aku yang menangis bersama mereka saat mereka bersedih, aku yang memberikan saran kepada mereka walau terkadang tak berguna atau bahkan tak dihiraukan samasekali, namun mengapa saat mereka sudah mempunyai seorang pacar, mereka melupakanku? Mereka membiarkanku sendiri? Aku tahu mereka tidak sepenuhnya melupakannku, hanya saja.. mereka sudah terlalu bahagia, dan mereka akan lebih memilih orang yang membuatnya bahagia.

Aku melangkah dengan sangat perlahan, tapi bagimana aku bisa cepat sampai jika aku berjalan sangat lamban seperti ini?

Oke.. Vella kuat Vel, Vella mandiri, Vella bisa ko jalanin ini sendiri. batinku

Aku berusaha menguatkan diriku sendiri, tapi mengapa air mata ini terus berjatuhan? Aku merasa mulai lelah dan aku tak memperhatikan jalanku, akhirnya sebuah sepeda menabrakku, aku terjatuh, aku berusaha beranjak, namun kakiku perih,  semakin lengkapkan penderitaanku?

“ Vel.. “ panggil seseorang di depanku, dan secepat mungkin orang itu menghampiriku dan berlutut dihadapanku. Ada yg berdegup keras didalam dadaku, namun kucoba untuk menepisnya.

Dengan secepat kilat aku langsung memeluknya, menangis tersedu-sedu di bahunya, tapi dia melepaskan pelukanku, dia merengkuh wajahku dengan tangannya yang dingin seperti es, menghapus air mata dipipiku, lalu dia memelukku lagi, kali ini sangat erat.

“ Aku.. “ ucapku mencoba menceritakan

“ Sudahlah, kamu harus pulang Vel “ ucapnya, kemudian dia menggendong tubuhku.

Sepanjangan perjalanan pulang dalam keadaan digendong olehnya aku hanya melihat wajahnya dengan seksama, dia temanku, dia yang akan menemani kesepianku, Kares? Itu namanya, dia malaikat yang dikirimkan tuhan untukku, selama pertemuan malam tahun baru itu hingga detik ini aku semakin dekat dengannya, Kares bilang sesungguhnya dia hanya bayangan yang akan menemaniku, namun atas izin tuhan untuk sewaktu-waktu Kares bisa berubah menjadi manusia sama sepertiku, Kares bilang, Kares akan tahu kapan aku akan membutuhkannya, maka secepat kilat kares akan berada disampingku, dan Kares tahu apa saja yang terjadi padaku karena bayangannya selalu ada di sampingku, itu yang dia bilang.

“ Res.. “ panggilku

“ Ya? “

“ Aku mau kerumah temanku, hari ini temanku ulang tahun “

“ Kamu sakit Vel, bukan hanya jasmanimu yang sakit, rohani kamu juga dalam keadaan yang tidak cukup baik, kamu harus pulang Vel, istirahatlah, please “ mohonnya padaku, Kares menoleh kewajahku dan seulas senyum manispun mengembang dari bibirnya.

Kamu bukan hanya teman Res, sekarang kamu sangat berarti, aku bahagia karena ada kamu disisiku, aku sayang kamu. batinku

Kares menoleh lagi kewajahku, kali ini dengan tatapan aneh kemudian dia menghentikan langkahnya.

 “ Kenapa? Ko nangis lagi Vel? “ tanyanya, kali ini dia mendudukkanku dikursi taman.
 Aku memeluk Kares, cukup lama, kemudian melepaskannya lagi.

“ Ada apa sih chabby? “ tanyanya seraya mengacak acak rambutku “Dari tadi meluk Kares terus “ lanjutnya
Aku menatap matanya, aku suka dengan matanya dan aku ingin selalu seperti ini, memandang bola mata coklat yang dimilikinya, kemudian tenggelam dalam pesona indah matanya. Aku tersenyum, kali ini tulus dari dalam hatiku..

“ Cieeee.. Kares tau ko Kares kece, ga usah ngeliatin seperti itulaaah “ ucapnya percaya diri
pletaaak aku menjitak keningnya  “ Hahahahaha “ tawaku memecahkan suasana..

“ Kares pede wooooo :p “ ledekku sambil menjulurkan lidahku

“ Sakit tau.. tapi gak apa deh, aku seneng asal kamu bisa tertawa dan senyum seperti itu “ ucapnya sambil mengacak-acak rambutku

***

5 Februari 2012

“ Kares.. “ panggilku pada Kares yang entah ada dimana “ Kares dimana? “ hanya suara dan semilir angin yang terdengar dan terasa.

Seiring berjalannya waktu, hari-hariku semakin berwarna, Kares yang menciptakan itu semua, namun akhir akhir ini Kares sering menghilang, dan itu sangat membuatku khawatir

Tiga hari lagi sweet seventeen ku, hari yang sangat aku tunggu, namun ada segelintir ketakutan dan kecemasan yang membalut hatiku, aku takut orang-orang yang ku sayangi tidak ada di sampingku, aku takut hari bahagia itu menjadi hari yang sangat menyedihkan.

“ Kares.. “ panggilku sekali lagi, karena biasanya hanya sekali ku panggilpun dia langsung muncul. Mungkin Kares sedang sibuk karena ada sesuatu yang harus diselesaikan entah dimanapun itu aku tak tahu. Ku tarik selimutku dan berdoa kepada tuhan untuk selalu menjagaku walau dalam tidurku.

***

8 Februari 2012

Pukul 24.00 wib..
Aku terbangun dari tidur lelapku karena aku merasa ada sebuah tangan dingin yang mengusap pipiku, rambutku.. dengan perlahan aku berusaha membuka mataku.

“ Kares! “ panggilku saat mataku telah terbuka, namun sayang yang kudapati bukan Kares..

“ Kamu ini yah, Kares terus yang dipikirin, kali-kali dong ayah yang kamu pikirin “ ucap Ayahku yang tengah berdiri disamping Ibuku.

“ Ayaaaah.. Ga boleh gitu ah “ ucap ibuku, akhirnya kamipun tertawa bersama

“ Happy sweet seventeen Velli sayang, panjang umur, sehat selalu, tambah sholehah, tambah nurut juga sama Ibu juga Ayah, semoga apa yang kamu ingin dan harapkan dapat terwujud, amin “ ucap ibuku seraya memelukku dan mencium kedua pipiku juga keningku.
Kemudian Ayahku yang mengucapkan birthday padaku.. akupun memeluk mereka berdua dan mencium tangannya.

“ Ada satu hadiah special dari Ibu dan Ayah, tunggu yah “ ucap ibuku

“ SIAAAAP!! “ ucap Ayahku dengan lantang

bersenandunglah seorang pria yang suaranya sudah tak asing di telingaku dengan membawakan kue ulang tahun, dengan lilin berbentuk 17 “ Happy birthday Velli.. happy birthday Velli, happy birthday happy birthday happy birthday Velli “

Sungguh, hanya air mata yang mengutaran kebahagiaanku atas kedatangan Kares.. orang tuaku keluar dari kamarku, dan mereka memang sudah mengenal Kares seperti layaknya sahabat-sahabatku pada umumnya.

“ Ayo tiup lilinnya, tapi make a wish dulu “ ucap Kares

Akupun beranjak dari atas tempat tidurku, dan berdiri didepan Kares untuk meniup lilin, dalam hati aku mengutarakan keinginanku. Tuhan aku ingin semua orang yang menyayangiku, yang berada disekelilingku merasa bahagia, terutama ibu, ayah, dan Kares.

“ Happy birthday ya chubby, semoga kamu bahagia, dan ga ada air mata lagi yang jatuh dari mata kamu karena kesedihan, amin.. “ ditaruhnya kue itu, kemudian Kares berbisik di samping telingaku ~Kares sayang Vella~ lalu Kares mencium keningku.

Seketika pipiku bersemu merah, sedikit kaget karena aku tak menduga Kares akan berkata seperti itu, aku tersenyum, senyuman paling indah yang kupunya.

“ Makasih Res “ bulir air mata bening itu memang meleleh dari retina mataku. Karespun merengkuh wajahku, membelainya lembut sembari menghapus jejak air mata dipipiku. Kemudian Kares memerintahkanku untuk tidur karena sudah jam satu pagi, selama aku belum terlelap Kares masih berada disampingku, menyanyikanku sebuah lagu dan membelai rambutku lembut, akhirnya akupun berada dialam mimpi.

***

Sapa hangat mentari pagi menyusup menerobos celah celah jendela kamarku dimana tubuhku masih di manjakan oleh selimut dan kasur berwarna biru langit. Sayup-sayup terdengar kicauan kenari bernyanyi riang melompat dan menari bagai melodi yang tersaji alami. Aku terbangun dari tidur singkatku, aku menoleh ke samping tempat tidurku, jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, ku buka jendela kamarku ku rasakan desir angin sepoi menyusup pori-pori kulitku, sejenak aku tersenyum mengingat kejadian dini hari.

“ Kares.. please deh ga usah nutupin mata Vella kayak gini “ ucapku, karena tiba-tiba ada sepasang tangan yang menutupi mataku

“ Yah ketauan “ jawabnya

“ Jelas taulah, tangan sedingin ini kan cuma tangan kamu “ kujulurkan lidahku

“ iya juga sih hehe.. mandi gih, Kares kan mau culik kamu “ ucapnya diselingi tawa yang sangat khas

“ Mau nyulik ko bilang-bilang hahaha “ akhirnya aku berlalu meninggalkannya.

***

Deburan ombak membasahi kaki kami, riuh rendah suaranya mengalun bersahut-sahutan.. aku mengelus lenganku berkali-kali, merasakan kedinginan yang amat merasuk dalam kulitku.

“ Vel.. kamu kedinginan yah? “ Tanya Kares, aku pun mengangguk mengiyakan pertanyaannya, lalu Kares membuka jaketnya, memberikannya padaku, aku sudah menolak sekeras mungkin, tapi Kares tetap memakaikan jaketnya, padahal aku tau, Kares lebih kedinginan dibandingkan diriku.

Kares benar-benar membuatku tertawa, dia mengajakku menunggai kuda di atas pasir putih ini, aku bahagia di buatnya.

kemudian Kares, mengajakku menaiki kapal, mengarungi samudra lepas, tak terasa lembayung senja tampakan pesonanya, indah terbias menghias cakrawala, garis batas mega berbinar merah merona terlukis dalam damba, tertanam dalam asa cita... aku terdiam terpana melihat keindahan diatas kapal ini.

“ Keluarkan keluh kesahmu selama ini Vel, berteriaklah, berteriak diatas keindahan semesta alam ini “ ucap Kares memecah keheningan, memudarkan lamunanku, namun suaranya terdengar berbeda, terdengar sayu. Aku menoleh kepada Kares, matanya memandang lepas jauh kedepan, dan tersenyum penuh misteri.

Sejenak mataku terpejam, nafasku memburu, akupun tersenyum “ VELLA SAYANG KARES.....” teriakku lantang,  membuat Kares tersentak dengan ucapanku, membuatnya menoleh kepadaku.

Lama aku terdiam begitupun dengan Kares, apakah ada yang salah dengan kalimat yang kuutarakan tadi? Kalimat yang benar-benar tulus dari hati. tiba-tiba penglihatan mataku kabur, aku memandang jauh kedepan dengan tatapan yang kosong dan nanar, mataku mulai berkaca-kaca.

“ Kares ga mau liat kamu nangis lagi.. “ ucapnya dingin tanpa menoleh kepadaku, aku hapus air mataku yang sedetik lagi bisa saja jatuh.

“ Vella ga nangis ko “

“ Sekeras apapun kamu bilang tak menangis, aku tetap tahu kapan kamu menangis, aku bisa merasakan setiap tetes air yang keluar dari mata kamu, karena aku disini, untuk menciptakan senyummu, bukan air mata kesedihanmu Vel “ tegasnya

Tiba-tiba kapal berhenti di sebuah pulau kecil di tengah laut yang terbentang luas ini, Kares menggenggam tanganku, mengajakku turun tanpa kata yang keluar dari mulutnya, aku mengikutinya langkahnya yang besar-besar itu, sampailah kami di atas pulau berpasir putih. Kares masih melangkah membawaku masuk kedalam pulau kecil ini, terlihatlah sebuah titik-titik cahaya terang yang semakin besar saat kami melangkah mendekat.
Aku menggenggam tangan Kares sekuat tenaga ku yang masih tersisa, Nafasku tercekat melihat keindahan kedua dihari ini, kusapu sekelilingku dengan binar mata yang terkagum-kagum, lampu-lampu lampion kecil mengelilingi kami di tengah pulau ini, beratus-ratus kelopak mawar biru dan putih menghujani tubuhku, sungguh.. ini sangat menakjubkan.

Kau bawa aku terbang bersamamu
Kelangit indah nan biru
Menciptakan senyum terindahku
Yg kan terukir dalam kalbu

Kau bawa aku ke awan
Menciptakan sebuah kedamaian
Kenyamanan
Dan kebahagiaan

Kau bawa cahaya terangi redupnya hati dalam sunyi
Menciptakan pelangi jiwa dalam hati
Sungguh hadirmu sangat berarti

Karespun melepaskan genggamanku, dan berlalu pergi.. tak lama tubuh Kares yang tinggi terlihat lagi, dia tersenyum menghampiriku dan memberikan satu persatu mawar yang digenggamnya kepadaku.

“ Mawar orange ini untuk persahabatan kita.. “ ucapnya sambil memberikan mawar kuning itu dan akupun menerimanya

“ Mawar hijau ini untuk setiap kebersamaan kita.. “

“ Mawar ungu ini untuk setiap tawa kamu.. “

“ Mawar pink ini untuk setiap senyum indahmu.. “

 “ Mawar Merah, putih, dan hitam ini untuk setiap kasih tulus yang tercipta dan suatu keabadian, ketulusan, kesucian cinta aku padamu.. “

“ Dan terakhir, mawar biru ini untuk setiap hembusan nafas kamu yang berarti selalu ada aku disampingmu, kapanpun dan dimanapun “

“ Tunggu, masih ada satu lagi, tapi harus tutup mata yah.. “ kuturuti apa yang diucapkannya, kurasakan sesuatu melingkar di leherku. Setelah Kares memperbolehkanku membuka mata, ku buka mataku, ku lihat sebuah kalung berliontin Love dengan ukiran VK melingkar menghiasi leherku, kemudian kubuka liontin itu, disana ada fotoku dan fotonya.

Tubuhku sudah benar-benar membeku, mematung. Yang bisa kulakukan hanya metatap matanya jauh menembus kalbu, karena tak ada kata-kata yang mampu ungkap semua isi hatiku. Kurasakan mataku sudah mulai berlinang air mata..

“ Sudah Kares bilang, jangan pernah menangis “ ucapnya seraya mengusap air mataku, akupun mencegahnya, menggenggam tangannya.

“ Ini tangis kebahagiaan, bukan kesedihan, Velli bahagia.. banget “ ucapku seraya mencium pangkal tangannya juga pipinya, kulihat wajah Kares begitu tersipu karena perlakuanku. Kemudian kares mengajakku duduk di sebuah kursi panjang. Kami duduk berhadapan, wajahnya dan wajahku hanya terpaut 10 cm, Kares menggenggam tanganku erat, menatap mataku lekat dan dalam seperti ingin memakanku, lalu tersenyum penuh makna, dan memelukku cukup lama, sangaaat erat, kemudian melepaskannya kembali.

“ Vel.. waktuku disini tak lama lagi, tugasku sudah hampir berakhir untuk menemanimu, kamu hanya tinggal menunggu satu jam lagi, aku mohon teruslah untuk tersenyum seperti tadi “ ucap Kares perlahan menahan sesak didada.

“ Apa yang kamu bicarakan Res? Aku ga ngerti “ ucapku berusaha mencerna setiap perkataan yang Kares bilang.

“ Aku adalah bayangan Vel, bayangan akan tetap menjadi bayangan dan aku akan kembali jauh ke alam sana, bukan disini, karena tempatku yang sesungguhnya bukan disini.. maaf. “

Wajahku tertunduk penuh haru, kali ini aku mengerti apa yang dimaksud Kares, sungguh ini sangat menyakitkan separuh nafas jiwaku sirna seketika. Aku berdiri menghentakkan tangan Kares, aku berlari sekuat yang aku bisa, aku berlari dengan penuh derai air mata, tak peduli Kares yang memanggil-manggil namaku, tak peduli arah yang kutuju, aku tetap berlari menerobos pulau ini yang ditumbuhi pohon-pohon besar, rasa takutpun seketika hilang karena rasa sakit ini, ku tarik paksa kalung pemberian Kares yang melingkar di leherku, ku jatuhkan dengan sengaja kalung itu karena rasa kecewa yang sangat dalam, dan berulang kali aku terjatuh karena tersandung atau terpeleset namun aku bangkit lagi, berlari lagi hingga aku sampai diujung pulau ini, namun bukan tempat aku turun dari kapal bersama Kares.. aku terduduk, diatas pasir putih ini, nafasku memburu, aku tak kuasa jika harus kehilangan Kares.

Kupeluk lututku, menangis meraung-raung seperti anak kecil, Tuhan kenapa ini harus terjadi? semua ini terlalu cepat untuk berakhir, aku menyayanginya.. sangat..

Tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat, sebuah tanganpun, menyentuh pundakku.. Kares, dia berlutut di hadapanku, mengangkat daguku.

“ Ku mohon lihatlah mataku “ pintanya, sungguh aku tak bisa menatap matanya yang bahkan indah dan kusukai sekalipun, Karespun menggenggam tanganku, lalu memelukku.

“ Diammu sangat menyiksaku Vel.. kumohon bicaralah, katakan apa yang ingin kamu katakana “

“ Kamu jahat Res.. kamu jahat “ ucapku terbata-bata

“ Kumohon lihat aku, lihat mataku “ ucapnya memohon, kali ini aku menuruti apa yang diperintahkannya, Kares menggenggam tanganku erat, kali ini tangannya terasa hangat, apa ini saatnya? Tuhan aku takut kehilangannya..

“ Dengarlah, Kares disini untuk menciptakan senyummu, kebahagiaanmu, bukan untuk melihat kamu bersedih dan menangis, satu tetes air mata yang jatuh dari mata kamu, itu adalah sebuah cambuk buat Kares, dengan spontan Kares akan merasakan kesakitan karena kesedihan kamu, jadi Kares mohon jangan pernah menangis lagi karena kesedihan.. “ Karespun dengan berulang kali menghapus air mataku, lalu membelai pipiku lembut

“ Air mata kamu itu terlalu berharga untuk menangisi hal yang tidak berguna, satu hal yang harus kamu tahu, Kares sangat menyayangi Vella, sangat.. Vella harus bahagia tanpa atau adanya Kares, Vella harus tetep tersenyum, senyum Vella itu mahkota kebahagian orang lain juga untuk Vella sendiri, Kares pasti bahagia kalau Vella ngelakuin semua itu, bisa janji sama Kares? “

Aku mengangguk tak berdaya, sulit untuk aku berkata. Ternyata Kares menangung beban yang sangat berat karena diriku. Lalu aku memeluknya, erat, dekapannya terasa berbeda, karena kali ini dekapan itu terasa hangat.

“ Maafin Vella.. “ ucapku terbata-bata karena efek tangisku

“ Maafin Kares juga karena belum bisa hidup bersama kamu dalam kasih sayang yang tulus ini. Kares mohon, jangan kamu buang kalung ini, simpan dan pakai kalung ini baik-baik, maaf Kares cuma bisa kasih ini, kalau Vella kangen Kares Vella ga usah takut karena Kares akan selalu hidup.. disini.. “ menunjuk hatiku

“ Dihati kamu Vel, Kares akan selalu ada disamping kamu, kapanpun. “

“ Peluk Kares untuk yang terakhir kalinya Vel, Pelukan hangat yang tercipta dari Kares untuk orang yang Kares sayang “

Kupeluk tubuh Kares erat, kehangatan ini sungguh nyaman, namun ini pelukan hangat yang terakhir kalinya untukku, aku akan sangat merindukan hari ini, aku akan sangat merindukan dekapannya, aku akan sangat merindukan sorot mata indahnya, tawanya, senyumnya, dan aku akan sangat merindukan kasih sayangnya.

“ Terima kasih karena pernah jadi bayangan yang teridah dalam hidup Vella.. Vella sayang Kares, sangat dan selalu “ ucapku setengah berbisik

Dekapan Kares merenggang, lalu Kares melepasnya, dan mencium keningku, kemudian Kares tersenyum dengan sangat indah, matanyapun berbinar.

“ Jaga dirimu baik-baik, KARES SAYANG VELLA.. “ bisiknya ditelingaku dengan desahan nafas yang memburu.
Untuk pertama dan terakhir kalinya aku melihat Kares menitikan air matanya, Kares melambaikan tangannya menjauh pergi, akupun tersenyum kepadanya, senyum terindah yang tercipata hanya untuk Kares, kemudian Kares hilang sempurna dibalik langit hitam.

***

Kembali ku tapaki jalan ini seorang diri
Bersama angan dan juga mimpi
Entah kapan kan ku temui
Sapaan indah dalam hati

Mata yg tak bisa lagi menatapnya
Hingga sulit untuk ku baca
Tangan yg tak bisa lagi menyentuhnya
Hingga seragu ini aku merasa

Berat untuk melangkah lagi
Dengan separuh nafas yg sirna kala sendiri
Sulit untuk berhenti
Dengan hati yg terlanjur tulus memberi

Mempercayai sesuatu yg kian tak pasti
Dengan berharap kau kan kembali
Dengan sebuah untaian kata beribu makna yg setiap malam kunanti

***

18 Februari 2013

Setahun telah berlalu semenjak Kares pergi, walaupun begitu aku tetap merasakan kehadiran Kares setiap hari. Hari ini aku pergi ke taman tempatku pertama kali bertemu dengan Kares, kubawa gitarku, dan melangkah dengan senyum yang selalu terukir dibibirku, karena aku tahu Kares pasti senang selalu melihatku tersenyum.
Kupegang dan kucium kalung yang love dengan ukiran VK yang melingkar dileherku, karena aku sangat merindukan Kares.. Tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku, ah karena banyak melamun aku jadi seceroboh ini, pikirku.

“ Sorrry.. saya ga sengaja. “ ucap orang itu

“ Oh engga, harusnya aku yang minta maaf “ ucapku dan akupun terkesiap saat melihat wajah orang itu.

“ KARES? “


THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Purnama -NPL-

Terbaring di atas pasir Menatap langit bertaburkan bintang di temani bulan Terpejam meresapi suara ombak saling bersahutan Malam ini ...